The Fed Pangkas Suku Bunga, Ekonom: Momentum Positif untuk RI

Zahwa Madjid, CNBC Indonesia
Kamis, 30/10/2025 12:40 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali memangkas suku bunganya sebesar 25 bps ke level 3,75-4,00%. Namun, The Fed belum yakin akan menurunkan suku bunga lagi bulan depan.

Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menilai keputusan Bank Sentral AS tersebut menjadi kabar baik bagi Indonesia.


Kendati The Fed belum yakin akan menurunkan suku bunga lagi bulan depan, pemangkasan tersebut memperlebar selisih suku bunga antara Bank Indonesia dengan The Fed. Dengan demikian dapat menambah daya tarik aset investasi di Indonesia.

"Jadi gap atau selisih antara BI rate dengan Fed Fund rate kembali melebar ya dan ini seharusnya menambah daya tarik lagi dari aset investasi di Indonesia," ujar Myrdal kepada CNBC Indonesia, Kamis (30/10/2025).

Tak hanya itu, biaya utang global juga cenderung menurun seiring dengan langkah The Fed tersebut. Dengan demikian, kondisi ini diharapkan memberi sentimen positif bagi pasar keuangan Indonesia, terutama pasar surat utang dan pasar saham.

Myrdal memperkirakan rupiah akan kembali menguat ke level Rp 16.480/US$. "Ini dengan asumsi terjadi money inflow terutama dari hot money di pasar surat utang negara setelah sempat beberapa pekan terjadi capital outflow," ujarnya.

Selain itu, Myrdal menilai penurunan suku bunga global dapat mendorong investasi atau Foreign Direct Investment ke negara-negara berkembang salah satunya Indonesia.

"Jadi bagi foreign reserve juga bagus ya nilai tukar rupiah juga bagus dan kita harapkan sih bulan Desember juga masih ada ruang bagi the Fed untuk turunkan bunga ya Walaupun kepastiannya masih belum terlihat," ujarnya.

Sementara Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro menilai pernyataan The Fed menggambarkan aktivitas ekonomi AS yang sedang melambat. Hal ini terlihat dari penambahan lapangan kerja yang melambat at sementara inflasi masih relatif tinggi.

"Para pembuat kebijakan menyoroti ketidakpastian yang lebih besar atas prospek dan meningkatnya risiko penurunan lapangan kerja," ujar Andry dalam keterangan resminya dikutip Kamis (30/10/2025).

Menurut Andry, nada hati-hati dari Ketua Dewan Federal Reserve, Jerome Powell membuat ketidakpastian di pasar keuangan domestik tetap tinggi. Rupiah mungkin menguat sementara karena arus masuk modal jangka pendek.

Tetapi memudarnya ekspektasi penurunan suku bunga The Fed pada bulan Desember dapat membatasi arus masuk modal asing dan kembali menekan rupiah.

"Dengan ruang pelonggaran yang terbatas, BI kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas rupiah dan mendukung ketahanan arus modal," ujarnya.


(haa/haa)
Saksikan video di bawah ini:

Video: The Fed Pangkas Bunga, IHSG Menguat Tapi Rupiah Malah Loyo