
Pasar Terancam Kelebihan Pasokan, Harga Minyak Merosot

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Harga minyak dunia kembali tergelincir pada Selasa (21/10/2025) pagi, mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap potensi kelebihan pasokan dan lemahnya prospek permintaan akibat meningkatnya ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia, Amerika Serikat dan China.
Berdasarkan Refinitiv pukul 09.50 WIB, harga minyak mentah Brent tercatat di posisi US$60,83 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) berada di US$57,22 per barel.
Pergerakan harga ini menandai penurunan tipis dibanding sehari sebelumnya, ketika Brent sempat diperdagangkan di level US$61,01 per barel dan WTI di US$57,52 per barel. Dalam sepekan terakhir, harga Brent telah melemah sekitar 2,3%, menandai tren penurunan beruntun sejak awal Oktober seiring tekanan dari sisi suplai global yang kian besar.
Kekhawatiran pasar terutama datang dari memanasnya hubungan diplomatik antara Washington dan Beijing. Presiden AS Donald Trump mengungkapkan harapan bahwa "kesepakatan dagang yang adil" dengan China dapat segera tercapai. Pertemuan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping dijadwalkan berlangsung di Korea Selatan pekan depan, meski isu tarif, akses pasar, dan teknologi masih menjadi batu sandungan utama.
Dari sisi fundamental, tekanan juga datang dari ekspektasi peningkatan stok minyak mentah AS. Survei awal Reuters memperkirakan persediaan minyak mentah Negeri Paman Sam meningkat pekan lalu, menjelang rilis laporan resmi dari American Petroleum Institute (API) dan Energy Information Administration (EIA). Jika benar, hal ini akan memperkuat pandangan bahwa pasar tengah menuju kelebihan pasokan.
Sementara itu, gangguan pasokan dari Rusia turut menambah kompleksitas situasi pasar. Kilang Novokuibyshevsk milik Rosneft di wilayah Volga dilaporkan menghentikan operasi utamanya pada Minggu setelah diserang drone. Serangan lain juga menghantam fasilitas gas Orenburg, memaksa Kazakhstan mengurangi produksi di ladang Karachaganak hingga 30%.
Di sisi lain, Presiden Trump memperingatkan bahwa India-yang kini menjadi pembeli terbesar minyak diskon Rusia-bisa menghadapi tarif besar jika tak menghentikan impor dari Moskow. Ancaman ini menambah ketidakpastian terhadap rantai pasokan global, terutama bagi negara-negara Asia yang menggantungkan pasokan pada minyak murah Rusia.
Lembaga International Energy Agency (IEA) dalam laporan terbarunya memperkirakan pasar minyak dunia bisa mengalami surplus hampir 4 juta barel per hari pada 2026. Surplus ini dipicu oleh peningkatan produksi dari negara-negara anggota OPEC+ dan para produsen non-OPEC di tengah lemahnya proyeksi permintaan.
CNBCÂ Indonesia
(emb/emb)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Minyak Melesat Lagi, Perang Iran - Israel Masih Jadi Momok
