Biaya Sosial Bikin Boncos! Gen Z & Milenial Terlilit Kartu Kredit

Tim Redaksi, CNBC Indonesia
Minggu, 03/08/2025 07:00 WIB
Foto: Ilustrasi Digital Banking (jcomp / Freepik)

Jakarta, CNBC Indonesia — Gaya hidup sosial yang tak terkendali membuat banyak generasi Z dan milenial di Amerika Serikat masuk dalam lingkaran utang kartu kredit. Emmy (31), warga Los Angeles kini tengah berjuang keluar dari tumpukan tagihan senilai lebih dari US$28.000 atau setara Rp459 juta (kurs Rp16.383).

Sejak usia 18 tahun, Emmy (nama samaran untuk menjaga privasi) sudah terbiasa menggesek kartu untuk mentraktir teman-temannya, mulai dari membeli minuman, makan di luar, hingga pesan makanan online. Kebiasaan itu membuatnya terus-menerus melunasi dan kembali memaksimalkan limit kartu kredit.

"Aku sadar ini salahku. Aku sering jadi teman yang bilang 'gue yang bayar duluan', atau 'nggak apa-apa, bayarnya nanti aja' - tapi seringnya aku nggak nagih juga," ujar Emmy kepada CNBC Make It, dikutip Minggu (3/8/2025).


Adapun fenomena Emmy ternyata bukan kasus tunggal. Survei dari Ally Bank menemukan bahwa hampir 60% milenial dan Gen Z di AS mengaku tujuan keuangan mereka terganggu akibat pengeluaran sosial, seperti nongkrong bareng, makan di luar, dan traveling bersama teman.

Menurut Jack Howard, Head of Money Wellness di Ally, menghabiskan waktu dengan teman itu penting, bahkan berdampak besar pada kesejahteraan mental. Namun, masalahnya muncul ketika pengeluaran itu tidak terencana.

"Masalah muncul saat 42% orang mengaku over spending untuk kegiatan sosial selama beberapa bulan dalam setahun," jelasnya.

Rata-rata orang dewasa AS menghabiskan US$250 per bulan (sekitar Rp4 juta) hanya untuk aktivitas sosial, tetapi hanya 18% Gen Z dan milenial yang punya anggaran khusus untuk hal itu.

Howard menyarankan untuk memasukkan pengeluaran sosial ke dalam anggaran pribadi. "Banyak orang nggak sadar, kalau digabung-minum sama teman, brunch, dan pesan makanan bareng pasangan-itu bisa jadi angka yang besar," kata Howard.

Alih-alih merasa bersalah, Howard mendorong anak muda untuk melihat uang sebagai alat mencapai nilai hidup, bukan semata soal gengsi.

Kalau memang makan malam atau jalan-jalan penting untuk hubungan dan kesejahteraan, maka harus ada penyesuaian di pos lain, seperti belanja pribadi atau langganan digital.

Ia juga menyarankan untuk mulai mencari alternatif aktivitas yang murah atau gratis - sesuatu yang hanya 23% anak muda Amerika benar-benar prioritaskan.

"Yang kamu cari itu pengalaman, bukan tagihannya," tegasnya.

Meski Emmy kini mencoba mengajak teman-temannya untuk hangout dengan cara lebih hemat, ia mengaku masih kesulitan. "Aku tahu mereka nggak bakal menghakimi, tapi rasa takut dinilai itu tetap ada," ucapnya.

Howard menyebut rasa malu terkait uang sangat umum, dan sering jadi penyebab orang terus mengulangi kebiasaan boros.

"Seringkali akar masalahnya dari pola asuh atau pengalaman masa kecil," ujarnya. "Kalau kamu belum menghubungkan masa lalu dengan pola belanja sekarang, kamu akan terus mengulang pola yang sama, baik untuk diri sendiri maupun dalam relasi sosial."


(mkh/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Patuh Aturan, Jurus Perusahaan Oursourcing Hadapi Efisiensi