Rupiah Ambles, Dolar AS Naik ke Rp16.390

Elvan Widyatama, CNBC Indonesia
29 July 2025 15:07
Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di Dolarindo Money Changer, Jakarta, Selasa (8/4/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (29/7/2025).

Melansir dari Refinitiv, mata uang garuda ditutup melemah 0,34% di posisi Rp16.390/US$. Secara intraday, rupiah sempat jatuh hingga level Rp16.408/US$ sebelum akhirnya sedikit membaik hingga penutupan perdagangan. Level tersebut merupakan yang terlemah sejak 24 Juni 2025.

Sementara itu, indeks dolar AS (DXY) terpantau masih naik pesat ke level 98,85 atau naik 0,32%. Hal ini sekaligus menandai level terkuat DXY sejak 17 Juli 2025.

Nilai tukar rupiah melemah pada perdagangan hari ini, seiring dengan masih dominannya kekuatan mata uang greenback ini terhadap mayoritas mata uang global. Penguatan ini memberikan tekanan signifikan pada mata uang negara-negara berkembang, termasuk rupiah.

Kenaikan indeks dolar AS (DXY) dipicu oleh sentimen positif pasar terhadap arah kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump, yang dinilai mulai menunjukkan kejelasan.

Ketidakpastian yang sempat membayangi rencana tarif dagang kini mulai mereda setelah AS berhasil mencapai kesepakatan dagang dengan sejumlah mitra utamanya menjelang tenggat 1 Agustus 2025.

Beberapa negara seperti Jepang, Indonesia, Filipina, dan Uni Eropa telah meresmikan kesepakatan perdagangan baru dengan AS, hasil dari negosiasi intensif dalam beberapa pekan terakhir.

Meredanya ketegangan dagang membuat investor global beralih ke aset berdenominasi dolar AS, yang dinilai lebih aman di tengah peralihan fase geopolitik. Di sisi lain, pasar juga masih mengadopsi sikap wait and see terhadap keputusan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) yang akan diumumkan pada Rabu (30/7/2025) mendatang.

Meskipun pasar memperkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya, peluang pemangkasan suku bunga dalam beberapa bulan ke depan masih terbuka lebar.

Kombinasi antara meredanya ketidakpastian perdagangan dan spekulasi arah kebijakan moneter AS inilah yang turut mendorong penguatan dolar AS lebih lanjut.

Akibatnya, rupiah harus menghadapi tekanan jual yang cukup besar di pasar valas, mengikuti tren pelemahan sejumlah mata uang emerging markets lainnya.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(evw/evw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Gerak 'Roller Coaster' Rupiah di Semester I-2025, Dolar Masih Perkasa

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular