IHSG Sesi I Dibawa Naik Turun Gunung, SMMA Jadi Supirnya

mkh, CNBC Indonesia
29 July 2025 12:26
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Foto: Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup sesi I naik 0,12% ke level 7.624,26, Selasa (29/7/2025). Indeks bergerak di rentang 7.565,79–7.641,71. 

Nilai transaksi mencapai Rp 6,9 triliun yang melibatkan 15,72 miliar saham dalam 992,6 ribu kali transaksi. Sebanyak 284 naik, 342 turun, dan 330 tidak bergerak. 

Kondisi IHSG siang ini berbalik dengan pagi tadi. Indeks sempat mengalami koreksi hingga 0,65% dan menyentuh level 7.565,79. 

Berdasarkan data pasar, indeks bergerak naik dan turun hari ini banyak dipengaruhi oleh saham Sinar Mas Multiartha (SMMA). Pagi tadi SMMA sempat turun 16,53% dan menyeret IHSG ke zona merah. 

Pada jeda makan siang SMMA naik 7,44% ke level 23.100 dan berkontribusi 12,76 indeks poin terhadap kenaikan IHSG. Selain SMMA, saham yang juga menopang IHSG adalah BRPT. 

Emiten Prajogo Pangestu tersebut naik 5,67% ke level 2.610 dan menyumbang 8,69 indeks poin. Lalu emiten Prajogo lainnya, CDIA menyumbang 3,65 indeks poin. Saham yang baru melantai di Bursa Efek Indonesia pada 9 Juli tersebut, naik 6,56% siang ini. 

Sementara itu, hari ini pelaku pasar akan mengarahkan perhatian pada rilis data tenaga kerja AS (JOLTs) malam nanti dan perkembangan terbaru kesepakatan dagang Amerika Serikat dengan sejumlah negara utama.

Pada rilis sebelumnya, JOLTs menunjukkan lonjakan signifikan, lowongan kerja naik 374.000 menjadi 7,769 juta tertinggi sejak November 2024 dan jauh melampaui ekspektasi. Kenaikan terutama terjadi di sektor jasa makanan, keuangan, dan asuransi, sedangkan sektor pemerintahan justru mengalami penurunan.

Jika JOLTs kembali melonjak, pasar akan memperkuat ekspektasi bahwa kondisi tenaga kerja AS masih sangat ketat. Ini bisa mendorong nada hawkish dari Ketua The Fed Jerome Powell dalam FOMC 30 Juli mendatang. Sebaliknya, jika lowongan melemah, kemungkinan sikap dovish akan menguat membuka ruang bagi penguatan pasar negara berkembang seperti Indonesia.

Meskipun bank sentral diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan jangka pendek di kisaran saat ini yaitu 4,25% hingga 4,5%, para pelaku pasar akan mencermati petunjuk apakah pemangkasan suku bunga mungkin terjadi pada pertemuan September.

Pada perkembangan lain, di tengah tekanan eksternal, pemerintah menyampaikan nada optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi tahun ini masih bisa menyentuh 5%. Namun sinyal waspada tetap diberikan, terutama karena sektor manufaktur belum sepenuhnya pulih dan tekanan global belum reda.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article IHSG Ngamuk! Naik 3% ke Level 6.467

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular