Punya Utang ke 28 Bank, Ini Update Terbaru Kondisi Sritex (SRIL)

Emir Yanwardhana & Mentari Puspadini & Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
30 October 2024 08:35
Pabrik Sritex (Bloomberg via Getty Images/Bloomberg)
Foto: Pabrik Sritex (Bloomberg via Getty Images/Bloomberg)

Jakarta, CNBC Indonesia - Emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL) resmi dinyatakan pailit akibat utang yang menggunung. Liabilitas SRIL tercatat sebesar US$1,6 miliar atau sekitar Rp25,01 triliun, sementara ekuitasnya telah mencatatkan defisiensi modal sebesar -US$980,56 juta.

Mengacu pada laporan keuangan per semester I-2024, liabilitas SRIL didominasi oleh liabilitas jangka panjang, dengan perolehan sebesar US$1,47 miliar. Sementara liabilitas jangka pendeknya tercatat sebesar US$131,42 juta.

Adapun utang bank menjadi salah satu pos paling besar yang menyumbang liabilitas jangka panjang SRIL, dengan nilai sebesar US$809,99 juta atau sekitar Rp12.66 triliun. Hingga paruh pertama tahun ini, setidaknya terdapat 28 bank yang memiliki tagihan kredit jangka panjang atas Sritex.

Dari 28 bank tersebut, SRIL paling banyak memiliki kredit dari BCA. Diketahui, utang bank jangka panjang SRIL di BCA mencapai US$71,30 juta atau sekitar Rp1,11 triliun. BCA juga memiliki tagihan utang bank jangka pendek sebesar US$11,37 juta di SRIL.

Masih di pos utang bank jangka panjang, di posisi kedua terdapat State Bank or India, Cabang Singapura dengan total kredit sebesar US$43,89 juta. Selanjutnya, di posisis ketiga ada PT Bank QNB Indonesia dengan nilai sebesar US$36,94 juta.

Lebih jauh, Citibank NA, Indonesia berada diposisi keempat dengan total kredit sebesar US$35,83 juta. Sementara di posisi kelima, PT Bank Mizuho Indonesia ikut masuk dalam daftar kreditur Sritex dengan akumulasi kredit sebesar US$33,7 juta.

Lebih lanjut, berikut daftar utang bank jangka panjang Sritex per Juni 2024:

1. PT Bank Central Asia Tbk - US$ 71,309,857
2. State Bank of India, Singapore Branch - US$ 43,881,272
3. PT Bank QNB Indonesia Tbk - US$ 36,939,779
4. Citibank N.A., Indonesia - US$ 35,828,895
5. PT Bank Mizuho Indonesia - US$ 33,709,712
6. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk - US$ 33,270,249
7. PT Bank Muamalat Indonesia - US$ 25,450,735
8. PT Bank CIMB Niaga Tbk - US$ 25,339,757
9. PT Bank Maybank Indonesia Tbk - US$ 25,164,698
10. PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah - US$ 24,802,906
11. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk - US$ 23,807,151
12. Bank of China (Hong Kong) Limited - US$ 21,775,703
13. PT Bank KEB Hana Indonesia - US$ 21,531,858
14. Taipei Fubon Commercial Bank Co., Ltd. - US$ 20,000,000
15. Woori Bank Singapore Branch - US$ 19,870,570
16. Standard Chartered Bank - US$ 19,570,364
17. PT Bank DBS Indonesia - US$ 18,238,799
18. PT Bank Permata Tbk - US$ 16,707,799
19. PT Bank China Construction Indonesia Tbk - US$ 14,912,907
20. PT Bank DKI - US$ 9,130,551
21. Bank Emirates NBD - US$ 9,614,459
22. ICICI Bank Ltd., Singapore Branch - US$ 6,959,350
23. PT Bank CTBC Indonesia - US$ 6,950,110
24. Deutsche Bank AG - US$ 6,821,159
25. PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk - US$ 4,970,990
26. PT Bank Danamon Indonesia Tbk - US$ 4,519,552
27. PT Bank SBI Indonesia - US$ 4,380,882
28. MUFG Bank, Ltd. - US$ 23,777,384

PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) selaku kreditur Sritex terbesar, nilai kredit sebesar US$71,30 juta atau sekitar Rp1,11 triliun. BCA juga memiliki tagihan utang bank jangka pendek sebesar US$11,37 juta di SRIL.

EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan pihaknya menghormati proses dan putusan hukum dari pengadilan niaga terhadap debiturnya itu. BCA juga menghargai langkah Sritex yang sedang mengajukan kasasi.

"BCA terbuka untuk berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait, termasuk dengan pihak kurator yang ditunjuk oleh pihak pengadilan dalam rangka mencapai solusi dan/atau penyelesaian terbaik bagi debitur dan seluruh kreditur yang ada," lanjut Hera dalam keterangan resminya, dikutip Rabu (29/10/2024).

Ia kemudian memaparkan pencadangan dan kualitas kredit di BCA yang masih terjaga. Hera menyebut rasio kredit dalam risiko atau loan at risk (LAR) BCA mencapai 6,1% pada sembilan bulan pertama tahun 2024, membaik dari posisi setahun lalu di angka 7,9%. Sementara rasio kredit bermasalah (NPL) berada di tingkat yang terjaga sebesar 2,1%.

Sementara itu, pencadangan LAR dan NPL ada pada tingkat yang memadai, masing-masing 73,5% dan 193,9%.

PT Bank Permata Tbk. (BNLI) mengungkapkan utang Sritex di bank milik Bangkok Bank itu sebesar US$37,9 juta atau Rp598,04 miliar per September 2024. Direktur Utama Permata Bank Meliza mengatakan pihaknya menghormati dan mengikuti perkembangan proses hukum yang berjalan serta akan melakukan upaya-upaya yang diperlukan untuk mengantisipasi segala kemungkinan yang ada.

Selain BCA, big bank RI lainnya PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga memiliki piutang terhadap SRIL. BNI menjadi satu-satunya kreditur pelat merah untuk Sritex, dengan kredit sebesar US$23,807,151 atau sekitar Rp374,80 miliar per semester I-2024.

Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengatakan pihaknya bakal terus memantau perkembangannya dan berkoordinasi dengan pemerintah, khususnya Kementerian BUMN dan Kementerian Keuangan untuk membahas langkah-langkah selanjutnya.

"BNI menghormati proses yang masih berjalan terkait pernyataan pailit Sri Rejeki Isman (Sritex) oleh Pengadilan Niaga Semarang yang dilanjutkan oleh pengajuan Kasasi oleh Sritex," lanjut Okki dalam pernyataannya, Selasa (29/10/2024).

Ia kemudian memaparkan bahwa bank pelat merah itu memiliki pencadangan yang memadai untuk menadahi risiko kredit tersebut.

Okki menyebut rasio kredit dalam risiko atau loan at risk (LAR) BNI saat ini telah turun dari 14,4% menjadi 11,8% periode sembilan bulan hingga September 2024 secara tahunan (yoy). Begitupun rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) yang turun menjadi 2% dari 2,3% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Dengan prinsip yang prudent, kami meyakini risiko yang akan mempengaruhi laba perseroan akan terbatas," kata Okki.

Selanjutnya, PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) menjadi salah satu kreditur dengan nilai pinjaman sebesar US$4,51 juta atau sekitar Rp71,11 miliar per semester I-2024. Direktur Kredit Bank Danamon Dadi Budiana mengatakan pihaknya bakal mematuhi semua proses hukum yang berlaku.

"Danamon akan mematuhi semua proses kepailitan atas Sritex yang ditetapkan oleh hukum yang berlaku," ujar Dadi saat dihubungi CNBC Indonesia, Senin (28/10/2024).

Ia melanjutkan, pihaknya tetap terbuka untuk berkomunikasi dengan Sritex serta pihak-pihak terkait lainnya dalam menyelesaikan masalah utang ini.

"Kami berkomitmen untuk menjalankan prosedur yang transparan serta menjaga komunikasi terbuka dengan debitur dan pemangku kepentingan lainnya, untuk mencapai penyelesaian yang terbaik bagi semua pihak yang terlibat," tambah Dadi.

Ia juga memastikan bahwa pencadangan di bank milik MUFG asal Jepang itu memadai. Per September 2024, rasio pencadangan kredit dalam risiko atau loan at risk coverage di posisi 48%, kemudian pencadangan rasio kredit bermasalah atau non performing loan atau NPL coverage di 272%.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan bahwa perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara Sri Rejeki Isman (SRIL) atau Sritex harus tetap beroperasi, sesuai dengan arahan Presiden Prabowo Subianto dalam rapat kabinet terbatas.

Adapun, peserta rapat selain Airlangga adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, hingga Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi.

"Beliau ingin update mengenai situasi terkini mengenai situasi industri tekstil, salah satunya Sritex dan arahannya beliau agar perusahaan tetap berjalan. Kemudian nanti dicarikan jalan teknisnya dicarikan," ungkap Menko Perekonomian Airlangga Hartarto usai rapat kabinet terbatas di Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (29/10/2024)

Terkait skema penyehatan dan penyelamatan apakah lewat talangan atau melibatkan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI/Eximbank), Airlangga mengaku pihaknya masih mengkaji kondisi terkini atas status kepailitan Sritex yang saat ini asetnya sudah berada di tangan kurator.

"Nanti dilihat dulu karena sekarang statusnya kan sudah ada kurator dan tentu harus ada pembicaraan dengan kurator," jawab Airlangga terkait potensi dana talangan.

Sementara itu, terkait keterlibatan LPEI dirinya menjawab "nanti tahap berikutnya."

Airlangga juga tidak memberikan jawaban terkait alasan mengapa Sritex harus diselamatkan dan apakah akan ada penyaluran kredit perbankan untuk membantu perusahaan tekstil dengan utang jumbo tersebut.

Menteri Ketenagakerjaan Yassierli yang ikut dalam ratas mengungkapkan alasan Presiden Prabowo mau menyelamatkan perusahaan tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex). Salah satunya alasan agenda penyelamatan itu karena industri tekstil merupakan padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja.

"Iya salah satu tentu (padat karya)," kata Yassierli, di Kompleks Istana Kepresidenan, Selasa (29/10/2024).

Selain itu menurut Guru Besar ITB ini ini merupakan awal pemerintahan. Sehingga mampu memberikan sinyal yang baik kepada perusahaan swasta.

Hanya saja ia masih belum mau membeberkan bantuan apa yang diberikan pemerintah. Namun dipastikan akan diberikan berupa solusi dalam bentuk aksi korporasi.

Sedangkan dalam lingkup bantuan dari kementerian Ketenagakerjaan, akan dibantu mengenai kepastian hak para pekerja di Sritex terpenuhi.

"Agar mereka tetap tenang. Saya kemarin sudah mengutus Wakil Menteri ke sana, dan Insya Allah menggembirakan hasilnya," katanya.

Yassierli menegaskan bahwa sampai saat ini Sritex belum ada melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Selain itu perusahaan juga masih beroperasi karena masih menunggu putusan hukum kepailitan perusahaan tekstil itu, karena masuk dalam proses kasasi.

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular