Komentar Bankir Soal Likuiditas: Bukan Kering tapi Mahal

Zefanya Aprilia, CNBC Indonesia
05 August 2024 13:55
Penukaran uang rupiah di Valuta Inti Prima (VIP) Money Changer, Menteng, Jakarta, Rabu (11/10/2023). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
Foto: Ilustrasi rupiah. (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

Jakarta, CNBC Indonesia - Likuiditas menjadi satu isu di industri perbankan sepanjang tahun ini. Memastikan ketersediaan dana untuk menyalurkan kredit menjadi tantangan bagi para bankir. 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) terpaut jauh dengan kredit pada tahun ini. pertumbuhan DPK sebesar 8,45% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 8.722 triliun per Juni  2023, sedangkan pada periode yang sama, penyaluran kredit tumbuh lebih dari 10% menjadi Rp 7.478 triliun.

Direktur Utama PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. (BTN) Nixon Napitupulu mengatakan bahwa saat ini likuiditas tersedia, tetapi harganya mahal akibat dampak dari suku bunga tinggi yang bertahan lama. 

Sebagaimana diketahui, Bank Indonesia mengerek naik suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur April 2024, dan masih menahannya hingga saat ini.

"Likuiditas aman, likuiditas no issue. Cuma masalah kan harganya. Jadi kalau tanya 'Likuiditas ketat nggak?' Definisi ketat itu kan pesannya nggak ada. Likuiditas ada, tapi harganya naik. Itu yang terjadi Jadi lo beli pakaian, pakaian ada nggak? Ada, tapi harganya naik," kata Nixon di Perumahan Pesona Kahuripan 9, Kabupaten Bogor, Rabu (31/7/2024) lalu.

Bankir Taswin Zakaria mengatakan kondisi likuiditas di perbankan juga semakin berat karena tekanan daya beli serta tren penempatan dana di luar deposito perbankan. Dia menyebut bahwa daya beli masyarakat tergerus seiring dengan kenaikan harga-harga barang akibat pelemahan nilai tukar rupiah.

eposito nominal di bawah Rp200 juta bunganya cenderung rendah, sehingga dana tersebut bisa saja ditempatkan di produk dana murah (CASA). Di sisi lain, ia menyebut alternatif penempatan dana masyarakat juga semakin banyak, selain obligasi.

"Sekarang ini cukup banyak alternatif penempatan dana di luar perbankan dengan bunga tinggi seperti BPR, koperasi, fintech yang bersaing menarik dana deposan keluar dari bank," katanya.


(mkh/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bankir Teriak Likuiditas, Ketakutan Jokowi Terbukti Benar?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular