Ketidakpastian Meningkat, Rupiah Masih Rawan Melemah

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Kamis, 25/07/2024 08:27 WIB
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Ketidakpastian makin meningkat, mata uang Garuda terpaksa kembali lesu di hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin, Rabu (24/7/2024) di posisi Rp 16.210/US$ di pasar spot, turun tipis 0,03%.

Pelemahan rupiah terjadi akibat ketidakpastian yang meningkat, terutama dari sikap wait and see pelaku pasar perihal data pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2024 serta menunggu inflasi personal AS di akhir pekan ini.


Menurut FactSet, PDB diperkirakan akan meningkat sebesar 1,9%. Jika laporan sesuai dengan prediksi, ini akan menandai peningkatan dari kenaikan 1,4% selama kuartal pertama.

Namun, ini akan menjadi perlambatan yang cukup mencolok dibandingkan dengan paruh kedua tahun 2023, di mana PDB naik 4,9% pada kuartal ketiga dan 3,4% pada kuartal keempat.

Jika PDB AS mengalami peningkatan, maka tendensi untuk terjadinya pemangkasan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) di September akan semakin kecil.

Sementara inflasi AS (Personal Consumption Expenditure/PCE) masih diperkirakan melandai Namun masih belum menyentuh level 2% sesuai target The Fed.
Jika hal ekonomi AS bertumbuh di atas ekspektasi dan inflasi tak kunjung mereda, DXY diperkirakan kembali menguat dan tekanan terhadap rupiah kembali muncul.

Meski begitu, pasar masih optimis bahwa pemangkasan suku bunga The Fed masih dapat dimulai pada pertemuan September mendatang.

Berdasarkan perangkat CME FedWatch, pasar memperkirakan The Fed akan memulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan September mendatang mencapai 93,3%.

Sedangkan di pertemuan November, pasar juga memprediksi The Fed memangkas suku bunga untuk kedua kalinya yang mencapai 58,4%. Kemudian pada pertemuan terakhir di 2024 tepatnya pada Desember, pasar yang memprediksi The Fed kembali memangkas suku bunga ketiga kalinya mencapai 55,6%.

Teknikal Rupiah

Tren sideways rupiah masih berlanjut jika melihat grafik teknikal dalam basis waktu per jam. Potensi pelemahan masih bisa terjadi, paling dekat ke resistance di Rp16.225/US$ yang diambil dari high candle intraday 24 Juli 2024, sekaligus berdekatan dengan MA200-nya.

Sementara itu, untuk potensi support terdekat atau penguatan dalam jangka pendek bisa menguji Rp16.185/US$ yang diambil dari low candle intraday 23 Juli 2024.

Foto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Tancap Gas, Sektor Infrastruktur & Teknologi Jadi Penopang