
Duh! Rupiah Banyak Cobaan Hari Ini, Tekanan Dolar Bisa Meningkat

Jakarta, CNBC Indonesia - Sudah empat hari rupiah dalam zona pelemahan dantekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pun kian meningkat seiring penantian rilis data inflasi PCE malam ini.
Melansir data Refinitiv, rupiah ditutup anjlok 0,62% di angka Rp16.255/US$ pada kemarin, Kamis (30/5/2024). Pelemahan rupiah ini senada dengan penurunan sebelumnya (29/5/2024), sebesar 0,44%.
Ini menjadi empat hari beruntun rupiah bergerak dalam zona merah.
Data ekonomi AS menjadi salah satu penekan mata uang rupiah mengalami penurunan.
Selain data inflasi yang masih cukup panas, beberapa data ekonomi AS lainnya yang justru makin kuat membuat pasar keuangan RI kembali merana. Hal ini karena jika ekonomi AS semakin membaik, maka asing cenderung tidak khawatir kembali untuk berinvestasi di AS.
Salah satunya yakni kondisi manufaktur AS terpantau mengalami penguatan ditandai oleh PMI Manufaktur AS Global S&P naik menjadi 50,9 pada Mei 2024, meningkat dari 50 pada bulan April.
Angka tersebut menandakan sedikit perbaikan secara keseluruhan pada kondisi bisnis di sektor manufaktur, karena output dan lapangan kerja memberikan kontribusi yang semakin positif.
Ekonom Bank Danamon, Irman Faiz mengatakan bahwa indeks manufaktur AS yang menguat menjadi salah satu pendorong rupiah semakin tertekan.
Tidak sampai disitu, konsumsi masyarakat AS juga diperkirakan masih cukup kuat.
Mengutip hasil Conference Board, indeks kepercayaan konsumen AS naik pada Mei menjadi 102 dari 97,5 pada bulan sebelumnya dan di atas ekspektasi pasar yakni 95,9. Hal ini pada akhirnya memberikan angin segar bagi DXY untuk mengalami penguatan.
Untuk diketahui, kepercayaan konsumen Conference Board (CB) yaitu mengukur tingkat kepercayaan konsumen terhadap aktivitas ekonomi. Ini merupakan indikator utama karena dapat memprediksi belanja konsumen, yang memainkan peran utama dalam aktivitas perekonomian secara keseluruhan. Angka yang lebih tinggi menunjukkan optimisme konsumen yang lebih tinggi.
Beralih pada hari, pelaku pasar akan fokus pada AS yang akan mengumumkan data konsumsi pribadi warga AS atau PCE.
Data inflasi PCE AS periode April 2024 sudah sangat ditunggu-tunggu oleh pelaku pasar global sejak awal pekan ini, karena data ini dapat mempengaruhi ekspektasi arah kebijakan suku bunga The Fed.
Pasar memperkirakan inflasi PCE AS secara tahunan melandai menjadi 2,6%, sedangkan secara bulanan juga cenderung turun menjadi 0,2%. Adapun PCE inti diperkirakan juga turun menjadi di 0,2%.
Jika inflasi PCE benar-benar melandai atau sesuai ekspektasi pasar, maka ada kemungkinan The Fed dapat mengubah sikapnya, meski mereka masih melihat data inflasi utama berikutnya.
Teknikal Rupiah
Tren pelemahan rupiah dalam basis waktu per jam masih kokoh mengikuti garis rata-rata selama 20 jam atau Moving Average/MA 20. Resistance terdekat atau potensi pelemahan selanjutnya yang potensi diuji adalah Rp16.280/US$ yang diambil dari high candle 30 April 2024.
Sebagai catatan, dengan pelemahan yang terjadi kemarin, rupiah sudah berhasil menutup gap down yang terjadi pada 3 Mei lalu, meski begitu tren pelemahan yang cenderung kuat masih bisa membuat rupiah terjerembab ke atas level Rp16.300/US$.
Meski demikian, jika ada pembalikan arah, kita bisa mencermati posisi support terdekat di Rp16.225/USR yang bertepatan dengan garis MA20-nya.
![]() USD/IDR |
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Breaking! Rupiah Dibuka Tertekan, Dolar Tembus Rp16.200 Lagi!