Berkat Powell, Minyak Menguat Usai Anjlok Tiga Hari Beruntun

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Rabu, 10/07/2024 08:52 WIB
Foto: Pixabay/John Perry

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mulai berbalik arah setelah penurunan tiga hari beruntun pada perdagangan sebelumnya di tengah kekhawatiran tentang penurunan permintaan global.

Akan tetapi persediaan minyak Amerika Serikat (AS) yang turun hingga prospek pemangkasan suku bunga mendorong kembalinya kenaikan harga minyak pada awal pembukaan perdagangan hari ini.

Pada perdagangan Selasa (9/7/2024) harga minyak mentah WTI berjangka tercatat anjlok 1,12% di level US$81,41 per barel. Begitu juga dengan harga minyak mentah Brent yang turun 1,27% di level US$84,66 per barel.


Sementara pada pembukaan perdagangan hari ini Rabu (10/7/2024), harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,49% di level US81,81 per barel. Begitu juga dengan harga minyak mentah Brent dibuka lebih tinggi atau naik 0,31% di level US$84,92 per barel.

Harga minyak naik pada awal perdagangan hari ini setelah anjlok tiga hari beruntun. Kenaikan terjadi setelah laporan industri menunjukkan persediaan minyak mentah dan bahan bakar AS turun minggu pada lalu, yang menunjukkan permintaan minyak mentah stabil, dan prospek pemangkasan suku bunga membaik.

Sebelumnya, harga mentah WTI dan Brent turun mencapai 3% dalam tiga sesi perdagangan sebelumnya di tengah kekhawatiran tentang permintaan minyak global yang menurun dan munculnya tanda-tanda bahwa industri energi Texas relatif aman dari Badai Beryl setelah menghantam wilayah tersebut pada hari Senin.

Sementara itu, menurut sumber pasar yang mengutip angka American Petroleum Institute pada hari Selasa, persediaan minyak mentah dan bensin AS turun minggu lalu, data yang menunjukkan permintaan bahan bakar musim panas stabil dan mendorong pemulihan harga minyak mentah setelah beberapa hari penurunan.

Angka API menunjukkan stok minyak mentah turun sebesar 1,923 juta barel dalam minggu yang berakhir pada tanggal 5 Juli, menurut sumber tersebut. Persediaan bensin turun sebesar 2,954 juta barel. Namun, pasokan sulingan naik sebesar 2,342 juta barel.

Harga minyak mentah juga didukung oleh komentar dari Ketua The Federal Reserve (The Fed) AS Jerome Powell yang menunjukkan indikasi pemotongan suku bunga menjadi lebih kuat.

Suku bunga yang lebih rendah akan memacu lebih banyak pertumbuhan ekonomi dan mendorong lebih banyak konsumsi minyak dengan harga yang relatif lebih murah saat suku bunga turun.

Setelah komentar Powell, investor terus memberikan probabilitas hampir 70% pada pemotongan suku bunga The Fed pada bulan September.

"Pernyataan Powell kepada Senat menegaskan peningkatan data hingga kuartal Juni, sambil mempertahankan bahwa lebih banyak data yang baik akan meningkatkan kepercayaan pada prospek inflasi," menurut catatan analis ANZ pada hari Rabu.

Prospek harga minyak yang lebih tinggi juga didukung oleh laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Selasa yang menunjukkan permintaan minyak global akan melampaui pasokan tahun depan, membalikkan perkiraan sebelumnya untuk surplus.

Di Texas, perusahaan minyak dan gas memulai kembali beberapa operasi pada hari Selasa setelah Badai Beryl menghantam negara bagian tersebut, sementara beberapa fasilitas mengalami kerusakan dan listrik belum sepenuhnya pulih.

Dampak Beryl pada produksi minyak dan gas diperkirakan akan terbatas. Akan tetapi pada hari Selasa, beberapa pelabuhan telah dibuka kembali untuk sebagian besar produsen dan fasilitas guna meningkatkan produksi minyak mentah.


CNBC Indonesia Research

research@cnbcindonesia.com


(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Harga Komoditas Jeblok, Begini Nasib Saham Minyak