
Harga Minyak Dunia Naik, Patahkan Penurunan Tiga Hari Beruntun

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia berhasil mencatat pergerakan positif dan mematahkan pelemahan tiga hari beruntun pada perdagangan sebelumnya. Naiknya harga minyak mentah dunia didorong oleh kurangnya persediaan minyak mentah dan bensin.
Pada perdagangan Rabu (10/7/2024) harga minyak mentah WTI berjangka tercatat melonjak 0,85% di level US$82.1 per barel. Begitu juga dengan harga minyak mentah Brent yang naik 0,50% di level US$85,08 per barel.
Sementara pada pembukaan perdagangan hari ini Kamis (11/7/2024), harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,37% di level US82,4 per barel. Begitu juga dengan harga minyak mentah Brent dibuka lebih tinggi atau naik 0,43% di level US$85,45 per barel.
Harga minyak melanjutkan kenaikannya pada awal perdagangan Kamis karena persediaan minyak mentah turun setelah kilang minyak Amerika Serikat (AS) meningkatkan pemrosesan dan persediaan bensin berkurang, menandakan permintaan yang lebih kuat.
Persediaan minyak mentah AS turun 3,4 juta barel menjadi 445,1 juta barel dalam pekan yang berakhir 5 Juli, jauh melebihi ekspektasi analis Reuters untuk penarikan 1,3 juta barel.
Persediaan bensin turun 2 juta barel menjadi 229,7 juta barel, jauh lebih besar dari penarikan 600.000 barel yang diharapkan analis selama pekan libur Hari Kemerdekaan AS.
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak juga tetap pada perkiraannya untuk pertumbuhan permintaan minyak global yang relatif kuat pada tahun 2024 dan tahun depan, dengan mengatakan pada hari Rabu bahwa pertumbuhan ekonomi yang tangguh dan perjalanan udara akan mendukung penggunaan bahan bakar pada bulan-bulan musim panas.
Namun, kenaikan harga minyak mentah dunia masih dibatasi oleh gangguan pasokan di kilang dan fasilitas produksi lepas pantai akibat badai Beryl sangat minim.
Sementara itu, data inflasi AS yang akan dirilis minggu ini mencakup Indeks Harga Konsumen pada hari Kamis dan laporan Indeks Harga Produsen pada hari Jumat, yang keduanya dapat menentukan arah pasar.
Ekspektasi penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan September meningkat menjadi 74% dari sekitar 70% pada hari Selasa dan 45% sebulan yang lalu, menurut FedWatch CME.
Suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya pinjaman, yang dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak mentah.
Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan pada hari Rabu bahwa bank sentral AS akan membuat keputusan suku bunga "kapan dan saat" dibutuhkan, menepis anggapan bahwa pemotongan suku bunga pada bulan September dapat dilihat sebagai tindakan politik menjelang pemilihan presiden pada musim gugur.
CNBC Indonesia Research
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pembicaraan Gencatan Senjata di Gaza Terus Lanjut, Harga Minyak Anjlok
