Ada Kabar Baik dari AS, Akankah Rupiah Menguat?

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
10 July 2024 08:21
Karyawan menghitung uang di tempat penukaran uang di money Changer Valuta Artha Mas, Mall Ambasador, Kuningan, Jakarta, (21/6/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Karyawan menghitung uang di tempat penukaran uang di money Changer Valuta Artha Mas, Mall Ambasador, Kuningan, Jakarta, (21/6/2024). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Kepala The Federal Reserve Jerome Powell mengatakan tren suku bunga tinggi akan mengorbankan ekonomi. Hal ini dinilai sebagai kabar positif untuk pasar keuangan.

Powell menyebut ada sedikit penurunan inflasi secara konsisten yang sejalan dengan target The Fed yakni ke kisaran 2%.

"Setelah kemajuan menuju target inflasi 2% pada awal tahun ini berjalan lambat, pembacaan data inflasi terbaru menunjukkan adanya kemajuan lebih lanjut yang moderat. Data yang lebih baik akan memperkuat keyakinan kami bahwa inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju 2%," tutur Powell, dikutip dari Reuters.

Inflasi AS melandai ke 3,3% (year on year/yoy) pada Juni 2024, dari 3,4% (yoy) pada Mei 2024. Inflasi inti pengeluaran pribadi AS (PCE) melandai ke 2,6% (yoy) pada Juni 2024, dari 2,8% pada Mei.

Sebagai catatan, suku bunga The Fed saat ini berada di kisaran 5,25%-5,50%, level tertinggi dalam 23 tahun terakhir. The Fed sudah mengerek suku bunga selama 11 pertemuan dari Maret 2022 hingga Juli 2023. Suku bunga 5,25-5,50% sudah bertahan selama setahun atau hingga saat ini.

Kendati inflasi sudah melandai, Powell mengingatkan jika inflasi bukanlah satu-satunya risiko yang kini dihadapi AS. Dia mengisyaratkan ada risiko yang dihadapi ekonomi AS jika suku bunga tinggi ditahan terlalu lama.

"Mengingat kemajuan yang telah dicapai baik dalam menurunkan inflasi maupun dalam mendinginkan pasar tenaga kerja selama dua tahun terakhir, inflasi yang tinggi bukanlah satu-satunya risiko yang kita hadapi. Terlalu lambat atau terlalu sedikit mengurangi kebijakan yang restraint (mengekang) bisa melemahkan kegiatan ekonomi dan ketenagakerjaan secara tidak semestinya," imbuhnya.

Menyusul pernyataan Powell, pasar berekspektasi 71% jika The Fed akan mulai memangkas suku bunga pada September dan kemungkinan akan diikuti dengan pemangkasan tambahan seperempat persen menjelang akhir tahun. Namun, anggota Federal Open Market Committee (FOMC) dalam pertemuan Juni mereka hanya menunjukkan satu pemangkasan.

Teknikal Rupiah

Berdasarkan analisis teknikal, posisi rupiah berada di persimpangan. Jika pada perdagangan hari ini rupiah mampu menguat hingga melewati posisi 16.250/US$, rupiah berpotensi ke level psikologis 16.200/US$.

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, support rupiah berada di 16.250/U$. Jika mampu melewati support berikutnya di level psikologis Rp 16.200/US$ - Rp 16.188/US$. Sementara jika rebound akan ke Rp16.307/US$.

rupiahFoto: Tradingview
rupiah

(ras/ras)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Anjlok buat Money Changer Antre, Segini Harga Jualnya

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular