Anak Buah Erick Thohir Ungkap Ada Masalah Ini di Kimia Farma (KAEF)

Romys Binekasri, CNBC Indonesia
Rabu, 05/06/2024 16:58 WIB
Foto: Arya Sinulingga (CNBC Indonesia/Monica Wareza)

Jakarta, CNBC Indonesia - Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengungkapkan, ada indikasi rekayasa keuangan pada laporan keuangan PT Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAEF). Temuan tersebut telah diproses pada tahap selanjutnya.

"Ada ini lah, rekayasa keuangan," ujarnya saat ditemui di gedung Pegadaian Jakarta, Rabu (5/6).

Arya melanjutkan, rekayasa keuangan dalam hal ini terkait dengan pendistribusian. Dugaan indikasi tersebut diperoleh dari internal Audit perseroan.


"Kalau ini [Kimia Farma] dia rekayasa, menggelembungkan, misalnya, distribusi-distribusi dan sebagainya. Seakan-akan kayak penjualan semuanya bagus, padahal tidak. Anaknya di KAEF," jelasnya.

Selain itu, persoalan lainnya pada Kimia Farma karena banyaknya jumlah pabrik yang dinilai tidak efisien dan membebani keuangan perusahaan.

"Di samping itu, KAEF juga ada problem di pabriknya. Ke banyak pabrik, nggak efisien. Makanya dari 10 pabrik, bakal hanya tinggal 5 pabrik yang akan dikelola," sebutnya.

Arya menambahkan, Kementerian BUMN dapat menyerahkan kasus Kimia Farma kepada Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk ditangani lebih lanjut.

"Ya bisa saja (diserahkan Kejagung). Ini kan [sedang] diaudit, habis itu di bawa ke sana. Sambil kita efisiensi," tegasnya.

Namun, hingga saat ini, belum ada rencana Kementerian BUMN untuk melakukan perombakan direksi. "Nggak ah belum ada. kalau dia ketahuan, diproses, gitu saja," pungkasnya.

Sebelumnya, emiten BUMN PT Kimia Farma (Persero) Tbk. (KAEF) mencatat pembengkakan jumlah tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas sepanjang tahun 2023 menjadi sebesar Rp 1,48 triliun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercacat rugi Rp 190,4 miliar.

Sementara, jumlah rugi komprehensif yang diatribusikan kepada pemegang saham berasal dari operasi yang dilanjutkan sepanjang tahun 2024 menjadi Rp 1,47 triliun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 121,7 miliar.

Mengutip laporan keuangannya, meskipun perusahaan milik negara tersebut mencatatkan penjualan bersih sepanjang 2023 sebesar Rp9,96 triliun atau naik 7,93% dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 9,23 triliun, namun kerugian beban pokok penjualan membengkak 25,83% menjadi Rp 6,86 triliun dari sebelumnya yang sebesar Rp 5,45 triliun.

Sehingga, laba bruto perseroan turun menjadi Rp 3,10 triliun dari sebelumnya, Rp 3,77 triliun.

Selain itu, perseroan juga mencatatkan beban usaha yang juga meningkat 35,4% menjadi Rp 4,66 triliun dibandingkan tahun sebelumnya, Rp 3,44 triliun.

Beban keuangan perseroan juga naik 18,4% menjadi Rp 622,8 miliar dari tahun 2022 yang sebesar Rp 525,6 miliar.

Adapun total aset perseroan hingga akhir Desember 2023 tercatat sebesar Rp 17,58 triliun, turun dari tahun sebelumnya yang sebesar Rp 19,79 triliun.


(ayh/ayh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Raih Laba Rp 23,64 Triliun, Telkom Bisa Setor Dividen Jumbo