J Trust Bank Siap Pacu Kredit Ritel, Ini Alasannya
Jakarta, CNBC Indonesia - Di Indonesia, jumlah pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencapai sekitar 64,2 juta. Data Kementerian Koperasi dan UKM pada 2021 mencatat dari jumlah tersebut, 99,62% atau sebanyak 63,95 juta merupakan pelaku usaha mikro.
Dalam perkembangannya, kontribusi UMKM terhadap perekonomian nasional masih sangat signifikan dengan sumbangan 57% dari produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Dari sisi penyediaan lapangan kerja bahkan lebih spektakuler, di mana 97% tenaga kerja mampu diserap segmen ini.
Kendati kontribusi yang sangat massif bagi perekonomian nasional, namun segmen UMKM masih menghadapi berbagai kendala dalam memajukan usahanya. Kementerian Keuangan menyebut beberapa tantangan yang masih dihadapi UMKM adalah akses digitalisasi, akses ke pasar global, peluang naik kelas hingga akses permodalan dan layanan keuangan.
Tantangan terakhir tersebut coba dituntaskan oleh institusi perbankan dengan menghadirkan berbagai produk keuangan. Tidak terkecuali oleh PT Bank J Trust Indonesia Tbk (J Trust Bank), yang bakal meningkatkan penyaluran kredit ke segmen ritel.
"Kami (J Trust Bank) ini memang bank yang mengutamakan pertumbuhan, ingin dikenal di pasar sebagai bank yang terus tumbuh. Ke depan kami ingin ritel bisa diperhitungkan oleh pasar juga. Yang dimaksud ritel di sini adalah UMKM dan konsumen," tukas manajemen J Trust Bank kepada CNBC Indonesia, belum lama ini.
Sasaran kredit UMKM sendiri menguntungkan perbankan, karena akan mendapat insentif likuiditas makroprudensial berupa pengurangan giro wajib minimum sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia. Adapun bank sentral menetapkan target Rasio Pembiayaan Inklusif Makroprudensial (RPIM) bagi perbankan.
"SME kita kejar karena kita ingin insentif RPIM, salah satunya melalui pembiayaan UMKM. Kalau kita bisa menambah pinjaman kepada UMKM, insentif RPIM-nya bisa bertambah besar," imbuh manajemen J Trust Bank.
Secara keseluruhan dalam membidik RPIM, Perseroan masuk ke beberapa sektor seperti perumahan, hilirisasi minerba, dan UMKM.
Terlebih, lanjutnya, segmen ritel juga dinilai lebih stabil dan tidak terlalu berisiko bila dibandingkan segmen korporasi. Salah satu strategi bank yang ada di bawah naungan J Trust Group ini adalah dengan memaksimalkan layanan UMKM di kantor cabang.
"Kita punya 46 cabang yang tadinya fokus untuk funding, padahal potensi UMKM di daerah dan cabang bisa digarap juga," tuturnya.
Kinerja keuangan Perseroan tercatat tumbuh positif, dengan torehan laba periode berjalan sebesar Rp 111,34 miliar, tumbuh 30,89% dari Rp 85,06 miliar pada periode sama tahun sebelumnya. Hal tersebut didukung oleh pertumbuhan kredit 34,04% secara setahunan menjadi Rp 23,60 triliun pada kuartal III-2023.
(dpu/dpu)