Stok di AS Meningkat Tajam, Harga Minyak Turun

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
15 November 2023 08:58
The sun sets behind an idle pump jack near Karnes City, Texas, Wednesday, April 8, 2020. Demand for oil continues to fall due to the new coronavirus outbreak. (AP Photo/Eric Gay)
Foto: Ilustrasi Kilang Minyak (AP/Eric Gay)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kompak dibuka melemah pada perdagangan hari ini Rabu (15/11/2023) di tengah tanda-tanda konflik Timur Tengah yang mereda dan ketidakpastian mengenai persediaan minyak Amerika Serikat (AS).

Harga minyak mentah WTI dibuka jatuh 0,12% di posisi US$78,17 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka turun 0,10% ke posisi US$82,39 per barel.

Pada perdagangan Selasa (14/11/2023), harga minyak mentah WTI ditutup stagnan di posisi US$78,26 per barel, sedangkan minyak mentah brent ditutup terkoreksi 0,06% ke posisi US$ 82,47 per barel.

Harga minyak ditutup beragam pada perdagangan hari Selasa, seiring tanda-tanda ketegangan di Timur Tengah akan mereda dan ketidakpastian mengenai persediaan minyak AS.

Presiden AS Joe Biden mengatakan dia akan mengadakan diskusi harian untuk menjamin pembebasan sandera yang ditahan oleh kelompok militan Hamas dan yakin hal itu akan terjadi.

Gedung Putih mengatakan penasihat utama Biden di Timur Tengah, Brett McGurk, sedang menuju ke wilayah tersebut untuk melakukan pembicaraan dengan para pejabat di Israel, Tepi Barat, Qatar, Arab Saudi, dan negara-negara lain.

Pada awal perdagangan Selasa, kedua harga minyak mentah acuan tersebut naik lebih dari US$1 per barel setelah Badan Energi Internasional (IEA) meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaannya dan dolar AS melemah karena data yang menunjukkan inflasi melambat di negara dengan perekonomian terbesar di dunia tersebut.

Diketahui inflasi AS turun menjadi 3,2% pada periode Oktober, dibandingkan 3,7% pada periode September 2023.

Badan Informasi Energi (EIA) AS akan merilis laporan persediaan minyak pertamanya dalam dua minggu pada hari Rabu. EIA tidak merilis laporan penyimpanan minggu lalu karena adanya peningkatan sistem.

Sementara itu, pekan lalu American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok perdagangan, mengejutkan pasar dengan melaporkan peningkatan stok minyak mentah yang sangat besar dan bearish sebesar 11,9 juta barel untuk pekan yang berakhir 3 November.

Pada pekan yang berakhir 10 November, para analis memperkirakan perusahaan-perusahaan energi menambahkan sekitar 1,8 juta barel minyak mentah ke dalam stok AS, menurut analis Reuters.

Sehari sebelumnya, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2023 dan mempertahankan proyeksi yang relatif tinggi untuk tahun 2024.

Adapun harga konsumen AS tidak berubah pada bulan Oktober karena masyarakat Amerika membayar lebih sedikit untuk bensin, dan kenaikan inflasi tahunan merupakan yang terkecil dalam dua tahun terakhir.

Para pedagang bertaruh bahwa The Federal Reserve (Fed) AS akan mulai memangkas suku bunga pada Mei 2024, yang dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan permintaan minyak.

Ekspektasi The Fed akan menurunkan suku bunga pada musim semi mendatang membuat dolar AS turun ke level terendah dalam dua setengah bulan terhadap sejumlah mata uang lainnya. Melemahnya dolar dapat meningkatkan permintaan minyak dengan membuat minyak mentah lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Naik Tinggi, Harga Minya WTI & Brent Hari Ini Turun Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular