
Setelah Naik Tinggi, Harga Minya WTI & Brent Hari Ini Turun Tipis

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak melemah pada awal perdagangan pagi hari ini, setelah lonjakan 2% pada perdagangan sebelumnya seiring dengan ketegangan di Timur Tengah yang masih memanas.
Pada pembukaan perdagangan hari ini Senin (8/1/2024), harga minyak mentah WTI dibuka lebih rendah atau turun 0,41% di posisi US$73,51 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka melemah 0,08% ke posisi US$78,7 per barel.
Pada perdagangan Jumat (5/1/2024), harga minyak mentah WTI ditutup melesat 2,24% di posisi US$73,81 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent ditutup naik 1,51% ke posisi US$78,76 per barel.
Harga minyak berakhir lebih tinggi pada perdagangan Jumat karena Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memulai operasi selama seminggu di Timur Tengah dalam upaya untuk menahan ketegangan regional yang dipicu oleh konflik Israel-Hamas.
Harga minyak mentah rebound setelah kejatuhan pada perdagangan Kamis yang dipicu oleh peningkatan besar dalam stok bensin dan sulingan AS, dan kedua tolok ukur minyak mengakhiri minggu pertama tahun ini dengan lebih tinggi.
Sementara itu, raksasa pelayaran Maersk mengatakan akan mengalihkan semua kapal menjauh dari Laut Merah di masa mendatang, memperingatkan pelanggan akan adanya gangguan.
Laporan pemerintah AS menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja di bulan Desember akan mendukung permintaan di tahun mendatang, menurut Kilduff.
Pengusaha di AS mempekerjakan lebih banyak pekerja dari perkiraan pada bulan Desember dan menaikkan upah dengan cepat, sehingga mendorong pasar keuangan untuk mengurangi ekspektasi bahwa The Federal Reserve (The Fed) akan mulai memotong suku bunga pada bulan Maret.
Jumlah tenaga kerja non-pertanian (non-farm payrolls) meningkat sebanyak 216.000 pekerjaan pada bulan lalu, menurut laporan Departemen Tenaga Kerja. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan jumlah gaji meningkat pada 170.000 pekerjaan.
"Peningkatan lapangan kerja seharusnya menunjukkan permintaan bahan bakar yang kuat," ujar Kilduff.
Bank of America (BoA) mengatakan pihaknya mengambil sikap defensif terhadap stok minyak karena perkiraan harga minyak dalam jangka panjang.
Mereka memperkirakan kisaran harga minyak Brent sebesar US$70 hingga US$90 per barel sejak OPEC+ melakukan intervensi untuk mempertahankannya, dan menambahkan bahwa "kurva minyak yang terbelakang secara permanen karena kapasitas cadangan" merupakan hambatan bagi nilai sektor ini.
Perusahaan jasa ladang minyak Baker Hughes mengatakan jumlah rig pengeboran aktif gabungan rig minyak dan gas alam turun satu rig pada minggu lalu menjadi 621, penurunan ketiga dalam empat minggu.
Adapun jumlah rig pengeboran minyak mentah bertambah satu menjadi 501, sementara rig pengeboran gas alam turun dua menjadi 118.
Manajer keuangan memangkas posisi net long minyak mentah berjangka AS dan posisi opsinya dalam sepekan hingga 2 Januari, menurut laporan Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS (CFTC) pada hari Jumat.
Kelompok spekulan memangkas posisi gabungan kontrak berjangka dan opsi di New York dan London sebanyak 33,051 kontrak menjadi 51,215 selama periode tersebut.
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Pasokan Libya Bikin Panas Harga Minyak
