Stimulus China hingga Stok AS Bikin Harga Minyak Memanas

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
25 January 2024 09:35
Infografis/Biden Buat 'Avengers', Serbu Harga Minyak/Aristya rahadian
Foto: Infografis/Biden Buat 'Avengers', Serbu Harga Minyak/Aristya rahadian

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak bergerak lebih tinggi pada perdagangan pagi hari ini, berusaha melanjutkan kenaikan pada perdagangan sebelumnya karena penarikan besar-besaran minyak mentah AS dan stimulus China.

Pada pembukaan perdagangan hari ini Kamis (25/1/2024), harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,28% di posisi US$75,3 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent dibuka lebih tinggi atau naik 0,35% di posisi US$80,32.

Pada perdagangan Rabu (24/1/2024), harga minyak mentah WTI ditutup melonjak 0,97% di posisi US$75,09 per barel, begitu juga dengan harga minyak mentah brent terapresiasi 0,62% ke posisi US$80,04 per barel.

Kenaikan harga minyak itu disebabkan oleh penarikan penyimpanan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan, penurunan produksi minyak mentah AS, stimulus ekonomi China, ketegangan geopolitik hingga melemahnya dolar.

Bank sentral China akan memotong jumlah uang tunai yang harus disimpan oleh bank sebagai cadangan mulai tanggal 5 Februari, sebuah langkah yang diperkirakan akan menopang pemulihan ekonomi yang rapuh.

Sementara itu stok minyak mentah AS anjlok 9,2 juta barel pekan lalu, menurut Badan Informasi Energi (EIA), lebih dari empat kali lipat perkiraan analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan penurunan sebesar 2,2 juta barel.

Produksi minyak mentah AS turun dari rekor 13,3 juta barel per hari (bph) pada dua minggu lalu ke level terendah dalam lima bulan sebesar 12,3 bph pada minggu lalu setelah sumur minyak membeku selama pembekuan di Arktik.

Para pejabat Dakota Utara mengatakan diperlukan waktu satu bulan agar produksi minyak di negara bagian tersebut, yang mencakup ladang serpih Bakken dan merupakan negara bagian penghasil minyak terbesar ketiga, bisa pulih setelah cuaca ekstrem pekan lalu memangkas produksi hingga lebih dari setengahnya.

Dalam perkembangan lain, ketegangan geopolitik masih menjadi fokus sehari setelah koalisi 24 negara yang dipimpin oleh AS dan Inggris melancarkan serangan baru terhadap pejuang Houthi di Yaman yang telah menyerang perdagangan global.

AS mengatakan Houthi yang didukung Iran telah melancarkan 26 serangan sejak akhir November terhadap kapal komersial di Laut Merah yang digunakan oleh sekitar 12% perdagangan minyak global sebelum serangan tersebut.

AS juga melancarkan serangan terhadap milisi yang terkait dengan Iran di Irak pada hari Selasa, setelah serangan terhadap pangkalan udara Irak melukai pasukan AS.

Di tempat lain, tembakan tank menghantam pusat pelatihan PBB yang menampung puluhan ribu pengungsi di kota Khan Younis, Gaza selatan, menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai 75 lainnya, ketika pasukan Israel maju ke wilayah tersebut.

Kemudian, dolar AS jatuh ke level terendah satu minggu terhadap sejumlah mata uang lainnya. Pada perdagangan Rabu (24/1/2024) dolar AS sempat menyentuh level terendah intraday di level 102,77 sebelum ditutup melemah 0,37% di level 103,24.

Analis penasihat energi Ritterbusch and Associates mengatakan melemahnya dolar memberikan "momentum bullish" pada harga minyak.

Melemahnya dolar membuat minyak mentah lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Setelah Naik Tinggi, Harga Minya WTI & Brent Hari Ini Turun Tipis

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular