Bisik-bisik OPEC+ Bikin Harga Minyak Melonjak 4 Hari Beruntun

Susi Setiawati, CNBC Indonesia
Selasa, 14/11/2023 14:25 WIB
Foto: Sumur minyak PHE. (Dok PHE)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak mentah dunia kompak dibuka menguat pada perdagangan hari ini Selasa (14/11/2023) melanjutkan kenaikan pada perdagangan sebelumnya menjadi kenaikan empat hari beruntun.

Harga minyak mentah WTI dibuka menguat 0,35% di posisi US$78,53 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent dibuka naik 0,23% ke posisi US$82,71 per barel.


Pada perdagangan Senin (13/11/2023), harga minyak mentah WTI ditutup melesat 1,41% di posisi US$78,26 per barel, begitu juga dengan minyak mentah brent ditutup melonjak 1,34% ke posisi US$82,52 per barel. Kenaikan ini merupakan kenaikan tiga hari beruntun.

Harga minyak naik lebih dari 1% pada perdagangan Senin setelah laporan pasar bulanan OPEC meredakan kekhawatiran tentang berkurangnya permintaan dan penyelidikan AS terhadap dugaan pelanggaran sanksi minyak Rusia yang meningkatkan kekhawatiran tentang potensi gangguan pasokan.

Dalam laporan bulanannya, OPEC mengatakan fundamental pasar minyak tetap kuat dan menyalahkan spekulan atas penurunan harga. OPEC sedikit meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2023 dan tetap berpegang pada prediksi tahun 2024 yang relatif tinggi.

"Laporan pasar minyak bulanan OPEC tampaknya melawan kekhawatiran permintaan, merujuk pada sentimen negatif yang berlebihan seputar permintaan China sambil meningkatkan perkiraan pertumbuhan permintaan untuk tahun ini dan membiarkannya tidak berubah untuk tahun depan," ujar Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, dalam sebuah catatan.

Harga minyak juga terangkat oleh laporan Departemen Keuangan AS yang menindak ekspor minyak Rusia, menurut analis UBS Giovanni Staunovo.

Departemen Keuangan mengirimkan pemberitahuan kepada perusahaan pengelola kapal untuk mendapatkan informasi tentang 100 kapal yang dicurigai melanggar sanksi Barat terhadap minyak Rusia, menurut seorang sumber yang telah melihat dokumen tersebut kepada Reuters.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pekan lalu bahwa produksi minyak mentah AS tahun ini akan meningkat sedikit lebih rendah dari perkiraan dan permintaan akan turun. Pada hari Senin, EIA memperkirakan produksi minyak AS akan menurun pada bulan Desember mendatang untuk bulan kedua berturut-turut.

Data ekonomi yang lemah pada minggu lalu dari importir minyak mentah nomor satu, China, menambah kekhawatiran akan melemahnya permintaan. Pabrik penyulingan Tiongkok meminta lebih sedikit pasokan untuk bulan Desember dari Arab Saudi, eksportir terbesar dunia.

Namun, harga minyak mungkin telah mencapai titik terendah setelah turun sekitar 4% pada minggu lalu dan mencatat penurunan berturut-turut pertama dalam tiga minggu sejak Mei 2023, ucap Fawad Razaqzada, analis di City Index.

"Mengingat harga minyak telah melemah dalam beberapa minggu terakhir, Arab Saudi dan Rusia kemungkinan akan melanjutkan pengurangan pasokan secara sukarela hingga tahun depan. Oleh karena itu, hal ini akan membatasi potensi penurunan harga minyak," ucap Razaqzada.

Pekan lalu, eksportir minyak utama Arab Saudi dan Rusia, yang merupakan bagian dari kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, mengonfirmasi bahwa mereka akan melanjutkan pengurangan produksi minyak secara sukarela hingga akhir tahun karena kekhawatiran terhadap permintaan dan pertumbuhan ekonomi terus menyeret pasar minyak mentah.

Adapun, pertemuan OPEC+ berikutnya dijadwalkan pada 26 November mendatang.

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(saw/saw)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Iran-Israel Bikin Harga Komoditas Naik, RI Diuntungkan?