Maaf! Sudah Terkoreksi 3 Hari, Harga CPO Lanjut Jatuh Lagi

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
28 July 2023 09:30
Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). Badan Pusat Statistik BPS  mengumumkan neraca Perdagangan (Ekspor-impor) Pada bulan Februari, nilai ekspor mencapai US$ 12,53 miliar, atau turun 11,33% dari tahun sebelumnya (YoY). Nilai ekspor minyak sawit sepanjang Januari-Februari 2019 hanya mencapai US$ 2,94 miliar, yang artinya turun 15,06% dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018.  (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Pekerja mengangkut hasil panen kelapa Sawit di kebun Cimulang, Bogor, Jawa Barat, Jumat (15/3). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau masih saja terkoreksi di sesi awal perdagangan jelang akhir pekan, Jumat (28/7/2023) melanjutkan koreksi tiga hari beruntun sejak perdagangan Selasa (25/7/2023).

Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau terkoreksi 0,92% ke posisi MYR 3.989 per ton pada pukul 08:00 WIB. Dengan perlamahan ini memboyong harganya kembali jatuh ke level 3.900 setelah enam hari perdagangan sukses bercokol di level 4.000.

Pada perdagangan Kamis (27/7/2023) harga CPO berakhir terkoreksi 0,89% ke posisi MYR 4.026 per ton. Dengan ini, dalam empat hari perdagangan harga CPO terpantau melemah 0,22%, sementara secara bulanan naik 6,25%, dan masih mengalami koreksi 3,55% secara tahunan.

Melemahnya harga CPO terseret oleh ringgit yang lebih kuat dan kargo asal Indonesia yang lebih murah, meskipun kerugian dibatasi oleh minyak kedelai Dalian dan minyak mentah yang lebih kuat.

"Permintaan pengemas berkurang karena penawaran bersaing dari Indonesia, di mana harganya US$30-40 lebih rendah dari kargo asal Malaysia," kata Paramalingam Supramaniam, direktur broker Pelindung Bestari yang berbasis di Selangor yang diutip dari Reuters.

"Banyak trader bull spread melepas posisi mereka pada perdagangan Kamis, dengan kontrak Juli akan segera berakhir. Tawaran free-on-board berjauhan, meskipun penjual kembali enggan."tambahnya.

Pada perdagangan kemarin, ringgit Malaysia (MYR) mata uang perdagangan sawit, terapresiasi 0,64% terhadap dolar. Ringgit yang lebih kuat membuat minyak sawit kurang menarik bagi pemegang mata uang asing.

Sementara dari sisi minyak saingannya, kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 naik tipis 0,91%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 mendatar. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 juga stabil.

Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.

Dari sisi ekspor minyak sawit Malaysia selama 1-25 Juli naik 10,8% dari bulan sebelumnya, menurut AmSpec Agri Malaysia.

Data dari cargo surveyor Intertek Testing Services pada hari Selasa menunjukkan kenaikan ekspor sebesar 17,8% untuk periode yang sama.

Minyak naik hampir 1% pada hari Kamis, memulihkan kerugian dari sesi sebelumnya, didukung oleh keterbatasan pasokan karena pengurangan produksi OPEC+ dan optimisme baru pada prospek permintaan China dan pertumbuhan global.

Minyak mentah berjangka yang lebih kuat menjadikan kelapa sawit pilihan yang lebih menarik untuk bahan baku biodiesel.

Menurut analis Reuters, Wang Tao minyak kelapa sawit mungkin jatuh lebih jauh ke MYR 3.978 per ton.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]


(aum/aum)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Sentimen Buruk dari China Terlalu Kencang, Harga CPO Ambruk

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular