
Wall Street Tak Kompak, Dow Jones Terbakar Setelah Pesta Pora

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa utama Amerika Serikat (AS) Wall Street dibuka beragam pada perdagangan hari ini, Selasa (25/7/2023). Indeks bergerak beragam menjelang pengumuman suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Pada awal perdagangan hari ini, Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) melemah 0,08% ke posisi 35.382,8.
Namun, indeks Nasdaq naik 0,4% ke posisi 14.115,11 sementara indeks S&P 500 terapresiasi 0,03% ke posisi 4.555,89.
Melemahnya indeks Dow Jones bertolak belakang pada perdagangan Senin (24/7/2023) di mana Indeks Dow Jones mencetak rekor.
Pada perdagangan kemarin, indeks Dow Jones ditutup menguat 0,52%, indeks Nasdaq terapresiasi 0,19% dan indeks S&P 500 menanjak 0,4%.
Bagi Dow Jones, penguatan kemarin memperpanjang rally panjang mereka menjadi 11 hari. Penguatan sepanjang itu menjadi rekor terbaiknya sejak Februari 2017 atau enam tahun terakhir.
Seperti diketahui, pelaku pasar tengah menunggu keputusan The Fed. The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada hari ini dan Rabu (25-26 Juli). Keputusan FOMC akan diumumkan pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 98,9% The Fed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 bps menajdi 5,25-5,5% pada bulan ini.
Namun, yang ingin ditunggu pasar adalah apakah The Fed memberi sinyal kapan pelonggaran kebijakan akan dilakukan.
Pelaku pasar berekspektasi jika kenaikan suku bunga pada Juli akan menjadi yang terakhir pada tahun ini setelah inflasi AS melandai ke 3% (year on year/yoy) pada Juni tahun ini, dari 9,1% (yoy) pada Juni tahun lalu.
Selain keputusan The Fed, pergerakan bursa Wall Street hari ini dan pekan ini diperkirakan masih akan dipengaruhi oleh kinerja perusahaan.
Dua perusahaan raksasa yakni Alphabet dan Microsoft akan menyampaikan laporan keuangan pada hari ini setelah penutupan perdagangan.
"Jelas sekali pasar tengah berada di momentum yang luar biasa. Namun, saya pikir fundamentalnya masih cukup negatif," tutur analis dari Cantor Fitzgerald, Eric Johnston, dikutip dari CNBC International.
Faktor positif lainnya adalah outlook ekonomi global yang lebih baik. Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3% pada 2023, dari 2,8% pada proyeksi April.
Forecast yang lebih baik ini menunjukkan optimism jika pemulihan ekonomi bisa berlangsung lebih cepat.
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kekhawatiran Belum Reda, Wall Street Bergerak Sangat Volatile