Waswas Tekanan Eksternal. Mampukah Rupiah Menguat Hari Ini?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
20 July 2023 07:55
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasca pasar keuangan pada perdagangan Rabu (19/7/2023) tutup karena Hari Raya Tahun Baru Islam 1445 H, hari ini Kamis (20/7/2023) pasar akan diwarnai lebih banyak sentimen dari eksternal.

Merujuk data Refinitiv, kinerja terakhir pada Selasa (18/7/2023) Mata Uang Garuda terpantau menguat 0,07% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke angka Rp14.990/US$. Penguatan ini berbanding terbalik dengan pelemahan 0,3% yang dialami rupiah pada perdagangan Jumat pekan lalu.

Hari ini pergerakan pasar keuangan RI akan lebih dipengaruhi sentimen eksternal terutama dari Asia.

Jepang akan mengumumkan data neraca perdagangan untuk Juni. Pertumbuhan ekspor Jepang sudah jauh melandai dalam setahun terakhir, dari 19,3% secara tahunan atau year on year (yoy) pada Juni 2022 menjadi 0,6 yoy pada Mei tahun ini.

Kinerja impor bahkan lebih buruk, data terakhir mencatat ada koreksi sebesar 9,9% pada Mei 2023. Artinya, impor sudah terkoreksi dalam dua bulan beruntun. Terkoreksinya impor Jepang ini harus menjadi perhatian besar Indonesia mengingat negara bunga sakura tersebut adalah pasar ekspor terbesar kedua Indonesia tahun ini. Jika impor terus melemah maka permintaan barang dari Indonesia akan semakin melandai.

Tanda-tanda tersebut sudah terasa pada semester I-2023. Nampak dari data ekspor Indonesia ke Jepang pada Januari-Juni 2023 tercatat US$ 10 miliar, anjlok 7,54% dibandingkan periode sebelumnya.

Lambatnya permintaan juga terjadi di China sejalan dengan pertumbuhan impor yang koreksi selama tiga bulan beruntun. Ekonomi China yang kian memburuk masih menjadi perhatian pasar pekan ini. Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua tumbuh sebesar 6,3% yoy, angka ini meleset dari ekspektasi. Berdasarkan perkiraan ekonom yang di survei Reuters pada kuartal II-2023 ini pertumbuhan ekonomi China mencapai 7,3%.

Selain data pertumbuhan ekonomi, data penjualan ritel untuk periode Juni dilaporkan turun ke 3,1%. Angka ini sedikit di bawah perkiraan 3,2%. Meskipun masih positif, namun angka penjualan ritel periode ini jatuh jauh dari bulan sebelumnya yakni 12,7%.

Melambatnya ekonomi China menjadi kekhawatiran besar pasar mengingat Negara Tirai Bambu adalah negara dengan size ekonomi terbesar kedua di dunia sekaligus motor penggerak utama pertumbuhan Asia.

Perlambatan ekonomi China akan berdampak kepada Indonesia yang menggantungkan sekitar 30% ekspor non-migasnya ke negara tirai bambu tersebut. Tiongkok juga merupakan salah satu investor terbesar untuk Indonesia sehingga perlambatan di China bisa menahan ekspansi perusahaan yang akan berdampak pada aliran dana asing masuk Tanah Air

Hari ini, bank sentral China (PBoC) juga akan mengumumkan kebijakan moneter mereka yang diperkirakan akan menahan loan prime rate untuk tenor 1 tahun di level 3,55% dan 4,2% untuk tenor 5 tahun. Pelaku pasar turut fokus menanti hal ini karena akan memberi gambaran langkah lanjutan dari PBoC untuk ikut memulihkan ekonomi China yang tengah melambat.

Di sisi lain lain, dari AS hari ini ada data klaim pengangguran untuk pekan yang berakhir pada 15 Juli. Pasar berekspektasi jika jumlah pekerja AS yang mengajukan klaim pengangguran akan menurun menjadi 237.000, dari 242.000 pada pekan sebelumnya.

Data lain dari negara Paman Sam ada penjualan ritel yang hanya tumbuh 1,49% yoy pada Juni tahun ini. Penjualan ritel jauh lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yakni 1,6% yoy dan lebih rendah dibandingkan Mei sebesar 2% yoy.

Melemah-nya penjualan ritel ini menjadi sinyal jika permintaan di AS memang sudah melemah sehingga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan melunak. Pasar memang masih memproyeksi kenaikan suku bunga 25 bps pada bulan ini tetapi kenaikan tersebut diperkirakan akan menjadi yang terakhir.

Sementara sentimen domestik sepertinya masih minim hari ini, akan tetapi pasar juga menanti data foreign direct investment yang menunjukkan seberapa besar aliran dana asing masuk ke Indonesia.

Dari pasar saham sepanjang pekan lalu pada 10 - 13 Juli 2023 terjadi capital inflow atau beli bersih sebesar Rp 7,1 triliun dan net buy pada Surat Berharga Negara (SBN) sebesar Rp 6,54 triliun.

Hal tersebut menunjukkan RI masih menjadi negara dengan minat investasi tinggi karena prospek pertumbuhan ekonomi yang positif walaupun tekanan dari eksternal terus terjadi.

Dari dalam negeri sentimen yang potensi menjadi penopang rupiah juga datang dari dirilisnya aturan mengenai Devisa Hasil Ekspor (DHE). Aturan DHE diperketat karena eksportir wajib menyetor minimal 30% DHE selama minimal tiga bulan. Hal ini diharapkan bisa meningkatkan devisa negara sehingga ketahanan eksternal semakin kuat.

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu satu jam, mata uang Garuda dalam melawan dolar AS masih bergerak dalam tren sideways dengan support terdekat di posisi Rp14.985/US$ berdasarkan horizontal line dari low candle 27 Juni 2023. Apabila support tersebut tembus ke bawah menunjukkan penguatan rupiah bisa berlanjut ke support selanjutnya di posisi Rp14.915/US$ yang diambil dari low candle 23 Juni 2023.

Kendati demikian, tak menutup kemungkinan pergerakan secara teknikal bisa berbalik arah ke atas atau pelemahan rupiah masih bisa terjadi menguji resistance terdekat ke level psikologis yang cukup kuat di Rp15.000/US$. Jika level ini kembali ditembus maka perlu diantisipasi pelemahan ke resistance selanjutnya di Rp15.035/US$ yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 200 jam atau moving average 20 (MA20) juga masih memungkinkan.

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS

 

CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected] 
Sanggahan : Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Rupiah Menguat Akibat Jokowi Effect, Hari Ini Bakal Lanjut?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular