Bursa saham ataupun rupiah diharapkan kompak menguat pada hari ini. Selengkapnya mengenai proyeksi dan sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.
Dari pasar keuangan lainnya, Mata Uang Garuda pada perdagangan Selasa (18/7/2023) terpantau menguat 0,07% terhadap dolar AS ke angka Rp 14.990/US$1.
Pergerakan Rupiah relatif stabil atau dengan range sempit karena investor belum dapat menentukan sikap.
Tiga indeks utama Wall Street berakhir di zona hijau pada perdagangan Rabu (18/7/2023) waktu New York di tengah musim pendapatan perusahaan berlanjut. Dow Jones Industrial Average bahkan mencatatkan kenaikan beruntun terpanjang dalam hampir empat tahun terakhir.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup menguat 0,31% ke posisi 35.061.211. Artinya, indeks sudah ditutup di zna hijau selama delapan hari beruntun, rekor terbaik setelah September 2019.
Sementara S&P 500 naik 0,24%ke 4.565,72, dan Nasdaq Composite juga mengalami penguatan dengan apresiasi tipis 0,03% ke posisi 14.358,02.
Kenaikan mayoritas pasar saham disokong oleh laporan triwulanan perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar (big cap) yang mengalami kenaikan.
Sejauh ini, musim pendapatan kuartal kedua dimulai dengan awal yang kuat. Bagi banyak investor, rentetan kenaikan pendapatan baru-baru ini didukung skenario siklus menghindari resesi (soft-landing). Ini adalah prospek yang mendapatkan daya tarik setelah data inflasi yang menggembirakan minggu lalu.
Ekspektasi kinerja keuangan yang membaik pada April-Juni 2023 menjadi alasan lain mengapa bursa Wall Street berpesta pora. Dari 38 perusahaan di indeks S&P yang sudah melaporkan kinerja keuangan pada April-Juni, 82% mampu membukukan kinerja di atas ekspektasi.
"Kita harus menghapus kemungkinan soal hard-landing scenario. Kita dulu memperkirakan jika akan ada penurunan pada kinerja keuangan karena tahun ini akan lebih sulit. Namun, kinerja keuangan perusahaan tahun ini malah tumbuh dan meningkat pesat. Ini jelas lebih baik dari skenario di awal tahun," tutur analis dari Alger, Ankur Crawford, dikutip dari CNBC International.
Data perumahan bulan Juni menunjukkan penurunan 8%. Nilai tersebut turun dari lonjakan signifikan 21,7% di bulan sebelumnya.Sementara itu, izin bangunan bulan Juni juga menunjukkan penurunan tipis 0,7%, sesuai dengan perkiraan konsensus Dow Jones. Bulan sebelumnya, izin bangunan meningkat 5,2%.
Sentimen pasar di dalam negeri pada hari ini cenderung minim, sehingga investor berfokus ke sentimen eksternal.
Investor masih saja mencermati data ekonomi penting baik dalam negeri maupun dari eksternal seperti China, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Inggris akan mewarnai pasar hari ini. Rilis data tersebut setidaknya memberikan gambaran bagaimana kondisi ekonomi ke depan dan dampaknya terhadap pasar keuangan dalam negeri.
Wall Street yang berakhir di zona hijau tentu membawa angin positif bagi bursa dalam negeri pada perdagangan hari ini.
Penjualan ritel AS hanya tumbuh 0,2% (month to month/mtm) dan 1,49% (year on year/yoy) pada Juni tahun ini. Penjualan ritel jauh lebih rendah dibandingkan ekspektasi pasar yakni 0,3% (mtm) dan 1,6% (yoy).
Penjualan juga lebih rendah dibandingkan yang tercatat pada Mei yakni 0,5% (mtm) dan 2% (yoy).
Melemahnya penjualan ritel ini menjadi sinyal jika permintaan di AS memang sudah melemah sehingga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) akan melunak.
Pasar memang masih memproyeksi kenaikan suku bunga 25 bps pada bulan ini tetapi kenaikan tersebut diperkirakan akan menjadi yang terakhir.
Penjualan inti menunjukkan pertumbuhan yang lebih besar. Tidak termasuk mobil, bensin, bahan bangunan, dan jasa-jasa makanan, penjualan ritel naik 0,6% pada Juni. Data untuk Mei direvisi sedikit naik untuk menunjukkan penjualan ritel inti meningkat 0,3% dari yang dilaporkan sebelumnya 0,2%.
Hari ini AS akan mengumumkan data klaim awal pengangguran. Untuk periode sebelumnya, jumlah orang Amerika yang mengajukan tunjangan pengangguran turun 12.000 dari minggu sebelumnya menjadi 237.000 pada pekan yang berakhir 8 Juli, angka ini jauh di bawah ekspektasi pasar 250.000.
Hasilnya sejalan dengan data terbaru yang menggarisbawahi pasar tenaga kerja yang sangat ketat di Amerika Serikat, memperkuat kemungkinan kenaikan suku bunga 25bps dalam pertemuan Federal Reserve mendatang.
Inggris juga melaporkan inflasi mereka sudah jauh melandai. Inflasi Inggris melandai ke 7,9% (yoy) pada Juni, terendah sejak Maret 2022 atau 15 bulan terakhir. Inflasi juga melandai ke 0,1% (mtm), terendah dalam lima bulan terakhir. Inflasi yang melandai ini menjadi angin segar bagi pelonggaran bank sentral Inggris (BoE)
Di sisi lain, ekonomi China yang kian memburuk masih menjadi perhatian pasar pekan ini. Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua tumbuh sebesar 6,3% (yoy), angka ini meleset dari ekspektasi. Berdasarkan perkiraan ekonom yang di survei Reuters pada kuartal II-2023 ini pertumbuhan ekonomi China mencapai 7,3%.
Sementara secara qtq laju pertumbuhan ekonomi China tercatat 0,8% dari kuartal pertama. Angka ini tercatat lebih lambat dari pertumbuhan kuartal sebelumnya yang tercatat 2,2%.
Selain data pertumbuhan ekonomi, data penjualan ritel untuk periode Juni dilaporkan turun ke 3,1%. Angka ini sedikit di bawah perkiraan 3,2%. Meskipun masih positif, namun angka penjualan ritel periode ini jatuh jauh dari bulan sebelumnya yakni 12,7%.
Dari sisi produksi industri untuk Juni naik 4,4% dari tahun lalu, angka ini lebih baik dari perkiraan ekonom sebesar 2,7%.
Inggris juga melaporkan inflasi mereka sudah jauh melandai. Inflasi Inggris melandai ke 7,9% (yoy) pada Juni, terendah sejak Maret 2022 atau 15 bulan terakhir. Inflasi juga melandai ke 0,1% (mtm), terendah dalam lima bulan terakhir.
inflasi yang melandai ini menjadi angin segar bagi pelonggaran bank sentral Inggris (BoE).
Investasi aset tetap untuk paruh pertama tahun ini naik 3,8%, lebih baik dari prediksi 3,5%. Dalam investasi aset tetap, yang masuk ke real estat turun lebih jauh pada basis year-to-date di bulan Juni daripada di bulan Mei.
Investasi di bidang manufaktur tumbuh dengan kecepatan yang stabil, sementara pertumbuhan investasi infrastruktur melambat.
Melambatnya ekonomi China menjadi kekhawatiran besar pasar mengingat Negara Tirai Bambu adalah negara dengan size ekonomi terbesar kedua di dunia sekaligus motor penggerak utama pertumbuhan Asia.
Perlambatan ekonomi China akan berdampak kepada Indonesia yang menggantungkan sekitar 30% ekspor non-migasnya ke China. Tiongkok juga merupakan salah satu investor terbesar untuk Indonesia sehingga perlambatan di China bisa menahan ekspansi perusahaan China.
Hari ini investor bakal disuguhkan dengan data indikator ekonomi yang bersumber dari eksternal, terutama dari Asia.
Jepang akan mengumumkan data neraca perdagangan untuk Juni. Pertumbuhan ekspor Jepang sudah jauh melandai dalam setahun terakhir, dari 19,3% (yoy) pada Juni 2022 menjadi 0,6% (yoy) pada Mei tahun ini.
Kinerja impor bahkan lebih buruk. Impor sudah terkoreksi sebesar 9,9% pada Mei 2023. Artinya, impor sudah terkoreksi dalam dua bulan beruntun.
Terkoreksinya impor Jepang ini harus menjadi perhatian besar Indonesia mengingat Jepang adalah pasar ekspor terbesar kedua untuk Indonesia untuk tahun ini.
Jika impor terus melemah maka permintaan barang dari Indonesia akan semakin melandai. Tanda-tanda tersebut sudah terasa pada semester I-2023.
Ekspor Indonesia ke Jepang pada Januari-Juni 2023 tercatat US$ 10 miliar, anjlok 7,54% dibandingkan periode sebelumnya.
Hari ini, bank sentral China (PBoC) juga akan mengumumkan kebijakan moneter mereka. PBoC diperkirakan akan menahan loan prime rate untuk tenor 1 tahun di level 3,55% dan 4,2% untuk tenor 5 tahun.
Dunia kini juga menunggu langkah lanjutan dari PBoC untuk ikut memulihkan ekonomi China yang tengah melambat.
Berikut beberapa agenda penting terkait data ekonomi yang akan rilis hari ini:
- RUPST MDIA
- RUPSLB TRIS
- TUPST VIVA
- RUPSLB YELO
Hari ini pelaku pasar akan disuguhkan dengan beberapa agenda bursa dari dalam negeri, diantaranya:
- Neraca perdagangan Jepang Juni (06:50)
- Ekspor Jepang (06:50)
- Impor Jepang (06:50)
- Perubahan tenaga kerja Australia (08:30)
- Tingkat pengangguran Australia (08:30)
- Suku Bunga China (08:15)
- PPI/Producer Price Index Jerman (01:00)
- Data klaim pengangguran AS (07:30)
- Data penjualan rumah AS (09:00)
Terakhir, berikut adalah sejumlah indikator perekonomian nasional:
CNBC INDONESIA RESEARCH
[email protected]