
Lapor Bos Sawit! Awal Pekan, Harga CPO Lanjut Nanjak

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) di Bursa Malaysia Exchange terpantau menguat di sesi awal perdagangan awal pekan Senin (17/7/2023) melanjutkan penguatannya sejak perdagangan akhir pekan.
Melansir Refinitiv, harga CPO pada sesi awal perdagangan terpantau menguat 1% ke posisi MYR 3.938 per ton pada pukul 10:15 WIB. Dengan penguatan ini, harga CPO kembali diboyong ke level 3.900.
Pada perdagangan akhir pekan, Jumat (14/7/2023) harga CPO berakhir menguat 0,41% ke posisi MYR 3.881 per ton. Meski menguat, harganya tak mampu bertahan lama di level 3.900. Dengan ini secara bulanan harga CPO masih tercatat menguat 2,43%, namun masih mengalami koreksi tajam 7,02% secara tahunan.
Awal pekan ini, sentimen yang mewarnai harga CPO cukup beraga. Ada dari sisi produksi, ekspor, maupun perkiraan persediaan. Namun pelaku pasar masih menanti kabar ke mana harga CPO bakal berlabuh.
Beban sentimen datang dari perkiraan peningkatan produksi di produsen terbesar kedua di dunia yakni Malaysia, sementara perkiraan output kedelai AS yang tinggi sepanjang masa juga mengurangi sentimen.
Sementara, sentimen positif datang dari permintaan ekspor mendorong momentum pembelian, meskipun kenaikan diredam oleh kekuatan baru dalam mata uang lokal pekan lalu.
Berdasarkan laporan perusahaan inspeksi independen AmSpec Agri Malaysia pada Sabtu (15/7/2023) ekspor produk minyak sawit Malaysia untuk 1 - 15 Juli naik 16,7% menjadi 510.249 ton dari 437.101 ton yang dikirim selama 1 - 15 Juni.
Di sisi lain, Malaysia telah mempertahankan pajak ekspor Agustus untuk minyak sawit mentah sebesar 8% dan menaikkan harga acuannya, sebuah surat edaran di situs Dewan Minyak Sawit Malaysia menunjukkan pada Jumat.
Di saat yang sama, produsen utama Indonesia berencana untuk menetapkan harga referensi minyak sawit mentah (CPO) lebih tinggi padaUS $791,02 per metrik ton untuk periode 16-31 Juli, kata pejabat senior kementerian ekonomi Musdhalifah Machmud pada Rabu (13/7/2023), Hal ini membuatnya kurang kompetitif terhadap minyak sawit Malaysia.
Namun, Indonesia tidak memiliki rencana untuk mengubah aturan yang mewajibkan eksportir minyak sawit untuk menjual sebagian dari produksi mereka ke pasar domestik. Hal ini diungkapkan oleh M. Firman Hidayat, seorang pejabat senior di kementerian yang mengawasi aturan tersebut.
Eksportir saat ini hanya dapat mengirimkan minyak sawit empat kali lipat dari jumlah yang mereka jual ke dalam negeri. Mulai 1 Agustus, Indonesia akan menerapkan sepenuhnya mandat untuk memiliki campuran minyak sawit 35% dalam biodiesel, yang disebut program B35.
Pada perdagangan akhir pekan, kontrak soyoil teraktif Dalian DBYcv1 menguat 0,8%, sementara kontrak minyak sawit DCPcv1 tumbuh 0,2%. Harga Soyoil di Chicago Board of Trade BOcv1 naik tipis 0,8%.
Minyak kelapa sawit dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak terkait karena mereka bersaing untuk mendapat bagian di pasar minyak nabati global.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(aum/aum) Next Article Sentimen Buruk dari China Terlalu Kencang, Harga CPO Ambruk
