7 Aset Kripto Gak Bergerak, Bitcoin Jadi Naik 4 Kali Lipat?
Jakarta, CNBC Indonesia - Perdagangan kripto hari ini mayoritas bergerak di zona penguatan dengan kenaikan tipis, kurang dari 2%. Pergerakan tipis disinyalir akibat penantian pasar terkait data inflasi Amerika Serikat hari ini (12/7).
Mata uang digital sedang dibanjiri beragam sentimen positif maupun negatif, dari prediksi Standard Chartered terkait potensi bitcoin bullish mencapai US$ 120 ribu akhir 2024, pengajuan ETF bitcoin dari BlackRock, dan potensi kenaikan suku bunga The Fed.
CoinMarketCap mencatat hari Rabu (12/7/2023) pukul 12.00 WIB. Bitcoin naik 0,54% ke US$30.622,37. Pekan ini, BTC terkoreksi tipis 0,67%.
Ethereum terapresiasi tipis 0,20% ke US$1.882,27, secara mingguan Ethereum berada di zona merah, melemah 2,85%.
Sementara itu, Binance mampu menguat 1,11% ke harga US$ 249,39 per koin. Dalam tujuh hari terakhir, BNB berada di zona hijau 2,43%.
Inisiatif BlackRock sebagai raksasa manajemen investasi membangkitkan minat mengajukan produk ETF bitcoin masih terus diusahakan. Pengajuan ETF yang mengalami kegagalan oleh banyak manajer investasi sebelumnya tidak menghentikan minat BlackRock.
Rekam jejak BlackRock dalam mengajukan produk ETF ke Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) menjadi daya tarik sebab dari 576 pengajuan hanya sekali ditolak. Namun, SEC memandang pengajuan dari BlackRock masih belum memadai. BlackRock melanjutkan usahanya untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh SEC. Permasalahan selanjutnya adalah BlackRock perlu perjanjian berbagi data pelanggan untuk pengawasan (SSA) dari nama hingga alamat. Melansir CoinDesk, Weisberger, CEO CoinRoutes, menyatakan SEC akan menyetujui pembuatan ETF bitcoin.
Hal ini membuat prospek Bitcoin dan kripto lainnya menjadi cerah jika ETF Bitcoin berhasil dibentuk. Ketertarikan institusi keuangan juga datang dari Standard Chartered yang memperkirakan Bitcoin dapat menyentuh US$120 ribu hingga akhir 2024.
Perkiraan tersebut didasari oleh berakhirnya fase kelam Bitcoin yang sempat menekan harganya hingga US$ 16 ribu. Kendrick Geoff, analis FX Standard Chartered juga mempertimbangkan potensi hasil mining yang ditahan ketika harga Bitcoin naik, sehingga akan mengurangi aksi jual pelaku pasar.
Kendrick menambahkan sikap tersebut dapat "mengurangi pasokan, dan mendorong harga BTC (Bitcoin) lebih tinggi."
Namun, kenaikan harga koin digital saat ini tertahan akibat masih dirundung sentimen negatif dari potensi kenaikan suku bunga The Fed hingga dua kali sampai akhir tahun. Meskipun angka inflasi Amerika Serikat (AS) kemungkinan akan menunjukkan perlambatan, pelaku pasar masih khawatir Bank Sentral (The Fed) masih akan meningkatkan suku bunganya.
Hal ini didasari oleh data inflasi AS Mei masih berada di 4% yang, jauh dari target 2%.
Sebagai informasi, data inflasi AS Juni akan diumumkan pada hari ini (12/7). Jika inflasi masih tinggi dan The Fed kembali hawkish atau agresif meningkatkan suku bunga, nilai dari dolar akan terapresiasi dan berpotensi menahan kenaikan kripto. Alhasil, semua sentimen positif masih akan tertahan, mengingat masih adanya potensi kenaikan suku bunga sekali lagi setelahnya.
(mza/mza)