Newsletter

Siap-Siap IHSG Hattrick, Rupiah Bakal To The Moon Berkat AS

Robertus Andrianto, CNBC Indonesia
Rabu, 12/07/2023 05:58 WIB
Foto: Masih Dihantui Virus Corona, IHSG Merah. (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
  • IHSG dan rupiah kompak menguat pada perdagangan kemarin
  • Wall Street melanjutkan penguatan dengan ditopang ekspektasi melandainya inflasi AS
  • Data inflasi AS dan kondisi China akan menjadi sentimen utama penggerak pasar hari ini

Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Indonesia kompak menguat pada perdagangan kemarin, Selasa (11/7/2023). Pasar saham menguat, sedangkan rupiah kembali bertaji.

Pasar keuangan Indonesia diharapkan masih bergerak dalam zona hijau hari ini. Selengkapnya mengenai sentimen pasar hari ini bisa dibaca pada halaman 3 artikel ini.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melesat 0,98% ke posisi 6.796,92. Tinggal sedikit lagi, IHSG dapat kembali menembus level psikologis 6.800.
Dengan penguatan kemarin maka IHSG sudah menguat dua hari beruntun dengan penguatan mencapai 1,19%. Jika IHSG menguat pada hari ini maka ini akan menjadi penguatan selama tiga hari beruntun atau hattrick.


 

Secara sektoral, beberapa sektor menjadi pendorong IHSG kemarin, yakni sektor energi (3,79%), sektor kesehatan (2,38%), sektor konsumer sekunder (1,61%), dan sektor bahan baku (1,26%).
Saham raksasa batu bara berkapitalisasi pasar terbesar ketiga di bursa yakni PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi pendorong terbesar IHSG yakni sebesar 23,1 indeks poin.

Selain itu, dua saham bank raksasa yakni PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) juga menjadi saham pendorong IHSG, yakni masing-masing 9,6 indeks poin dan 2,7 indeks poin.

Penguatan IHSG terjadi di tengah bursa Asia yang menghijau. Hingga akhir perdagangan hari ini, indeks Nikkei 225 naik tipis 0,04%, Hang Seng melesat 0,97%, Shanghai Composite menguat 0,55%, dan Straits Times Singapura naik 0,46%.

Sementara itu, nilai tukar rupiah akhirnya berakhir positif setelah terpuruk empat hari beruntun. Penguatan Rupiah hari ini akhirnya memutus pelemahan yang terjadi sejak 5 Juli 2023.

Berdasarkan data Refinitiv, pada perdagangan Selasa (11/7/2023) rupiah ditutup di posisi Rp15.135/US$ atau menguat 0,36%. Penguatan ini menjadi angin segar di tengah gempuran berita negatif yang menggempur mata uang Garuda.

Rupiah menguat di tengah investor yang menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) yang akan menjadi acuan bagi bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) mengenai kebijakan suku bunganya.
Saat ini para pelaku pasar memiliki ekspektasi bahwa suku bunga acuan The Fed akan naik 25 basis poin pada pertemuan akhir bulan ini setelah jeda kenaikan pada pertemuan Juni. 

Selain itu, pernyataan tegas BI yang berkomitmen menjaga rupiah ikut mendorong penguatan rupiah.
Deputi Gubernur Senior BI Destry Damayanti dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Senin (10/7/2023), menegaskan jika akan terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar melalui triple intervention dan operation twist.


(ras/ras)
Pages