Mohon Bersabar, Ada Ujian Berat Buat Investor Mulai Hari Ini
- IHSG secara keseluruhan menguat pada pekan lalu sementara rupiah ambruk
- Wall Street sangat labil pekan lalu karena kekhawatiran mengenai kenaikan suku bunga The Fed
- Data inflasi AS dan perkembangan di China akan membayangi pergerakan pasar keuangan Indonesia pekan ini
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar saham Indonesia akan mengawali pekan kedua Juli dengan modal positif setelah sepanjang perdagangan pekan lalu mampu menghijau nyaris 1%. Sementara rupiah harus berakhir di zona merah pada perdagangan pekan lalu.
Jangan lewatkan sentimen yang berpotensi menjadi penggerak pasar pekan ini di halaman tiga.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepanjang perdagangan minggu lalu menguat 0,82% ke 6.716,46. Raihan positif tersebut membuat IHSG mencatatkan kenaikan selama dua pekan beruntun.
Selama sepekan, nilai transaksi IHSG mencapai Rp 37 triliun. Investor asing pun tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) mencapai Rp 593,83 miliar di seluruh pasar dan Rp574 miliar di pasar reguler sepanjang pekan ini.
Adapun beberapa sentimen yang turut mendongkrak kinerja IHSG adalah inflasi yang terus melandai sehingga diapresiasi oleh investor. Sebab bisa menjadi modal untuk Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan lebih awal, menurut beberapa ekonom.
Pada Senin (3/7), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan inflasi RI pada Juni 2023 sebesar 0,14% secara bulanan (month-to-month/mtm) dan 3,52% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Inflasi (yoy) adalah yang terendah sejak Mei 2022.
Akan tetapi laju IHSG tertahan oleh potensi kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) karena data pekerjaan yang kuat. Seberapa kuat?
Angka pekerjaan sektor swasta meningkat sebesar 497.000 pada Juni, menurut data dari perusahaan penggajian ADP. Angka ini menjadi kenaikan bulanan tertinggi sejak Juli 2022.
Sedangkan data tenaga kerja non-pertanian (non-farm payroll/NFP) dan data tingkat pengangguran dirilis.
Untuk tenaga kerja NFP, angkanya turun menjadi 209.000 pada Juni 2023, dari sebelumnya sebesar 306.000 pada Mei lalu. Angka itu juga lebih rendah dari prediksi pasar sebesar 250.000.
Sementara itu tingkat pengangguran AS pada Juni 2023 mengalami penurunan, tapi penurunannya cenderung tipis yakni menjadi 3,6%, dari Mei lalu sebesar 3,7%. Angka ini lebih rendah dari prediksi pasar tumbuh 3,7%.
Di sisi lain, tingkat pendapatan rata-rata per jam naik 0,4% bulan lalu setelah naik dengan selisih yang sama pada Mei Tercatat, dalam 12 bulan hingga Juni, upah naik 4,4%, menyamai kenaikan Mei.
Sentimen dari The Fed ini juga yang kemudian membuat mata uang garuda tumbang melawan dolar Amerika Serikat.
Melansir dari Refinitiv pada pekan ini, rupiah ambles nyaris 1%, atau tepatnya 0,93% secara point-to-point (ptp) dihadapan dolar AS. Pada perdagangan Jumat (7/7/2023), rupiah ditutup melemah 0,6% ke Rp 15.130/US$. Rupiah kembali menyentuh level psikologis Rp 15.000/US$.
Selain itu, BI mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2023 tetap tinggi sebesar US$ 137,5 miliar, meskipun menurun sebesar US$ 1,8 miliar dari posisi pada akhir Mei 2023 sebesar US$ 139,3 miliar.
BI mengungkapkan penurunan posisi cadangan devisa tersebut antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.
(ras/ras)