
Awas, The Fed Akan Bersabda! Pasar Keuangan RI Rawan Longsor

Beralih ke Amerika Serikat (AS), bursa saham Wall Street ditutup terkoreksi pada perdagangan Selasa kemarin, tertekan oleh saham energi karena investor menghentikan taruhan bullish mereka jelang kesaksian ketua bank sentral AS di depan Kongres pada hari ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,72% ke posisi 34.053,871, S&P 500 terkoreksi 0,47% ke 4.388,71, dan Nasdaq Composite turun 0,16% menjadi 13.667,29.
Saham-saham energi menjadi pemberat terbesar, tertekan oleh jatuhnya harga minyak karena China, importir minyak mentah terbesar mulai mengalami tanda-tanda perlambatan ekonomi.
Saham Exxon Mobil, Chevron, dan Halliburton Company memimpin koreksi saham energi.
Investor juga sepertinya mulai mengurangi taruhan bullish-nya, karena kondisi global yang masih tidak memungkinkan.
Selain itu, investor tampaknya mulai menerima pernyataan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang berencana akan menaikkan lagi suku bunga acuannya sebanyak dua kali di akhir tahun ini, meski The Fed pada pekan lalu menahan suku bunga acuannya.
Ketua The Fed, Jerome Powell mengatakan pada konferensi pers Rabu lalu bahwa The Fed belum membuat keputusan tentang kebijakan menjelang pertemuan Juli.
Namun, pembuat kebijakan memperkirakan dua kenaikan suku bunga seperempat poin lagi pada akhir tahun ini. Keputusan untuk menahan suku bunga pada pekan lalu atau pertemuan edisi Juni mematahkan rentetan sepuluh kenaikan suku bunga berturut-turut.
Terlepas dari desakan Powell bahwa kebijakan The Fed di masa depan akan tetap bergantung pada data, taruhan investor terkait pasar saham akan bullish telah meningkat. Namun kini, mereka kembali mengurangi taruhan tersebut.
"Kami percaya pasar ekuitas sangat meregang karena para pelaku pasar khawatir kehilangan potensi pasar bull baru," kata Mike Wilson, kepala strategi ekuitas AS di Morgan Stanley, dikutip dari CNBC International.
Investor cenderung wait and see menanti testimoni atau pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell di hadapan Kongres pada malam hari ini waktu Indonesia, untuk menjadi petunjuk tentang seberapa kuat perlunya melanjutkan kenaikan suku bunga setelah The Fed menahan suku bunga acuannya pada pekan lalu.
Namun, banyak yang mengharapkan Powell dan pejabat The Fed lainnya akan berbicara terkait inflasi yang masih tinggi dan menegaskan kembali kebutuhan untuk melanjutkan kenaikan suku bunga.
Di lain sisi, data perumahan di AS mulai melampaui perkiraan pada Mei lalu. Tercatat ada 1,63 juta rumah baru pada bulan lalu, lebih tinggi dari prediksi pasar dalam survei Dow Jones sebesar 1,39 juta rumah baru.
Selain itu, investor juga merespons terkait perkembangan geopolitik AS-China, di mana keduanya sepakat untuk meredam rivalitas mereka sehingga tidak mengarah ke konflik.
Hal ini disepakati dalam kunjungan Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Anthony Blinken ke Beijing, Senin awal pekan ini.
Presiden China, Xi Jinping menyambut kemajuan tersebut setelah berjabat tangan dengan Blinken di Aula Besar Rakyat, tempat megah yang biasanya disediakan untuk menyambut para kepala negara.
"Kedua belah pihak juga telah membuat kemajuan dan mencapai kesepakatan mengenai beberapa masalah tertentu. Ini sangat bagus," kata Xi kepada Blinken, dikutip Reuters.
Di sisi lain, Blinken mengatakan Washington telah mencapai tujuannya untuk perjalanan tersebut, termasuk menyampaikan kekhawatiran secara langsung serta mencoba mengatur saluran untuk dialog kerjasama.
"Hubungan berada pada titik ketidakstabilan, dan kedua belah pihak menyadari perlunya bekerja untuk menstabilkannya," kata Blinken sebelum meninggalkan China.
(chd/chd)