
Inflasi di Amerika Turun, Rupiah Kok Malah Melemah?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang garuda pada awal perdagangan hari ini, Rabu (14/6/2023) terpantau dibuka melemah 0,10% menjadi Rp14.870 melawan dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot.
Pelemahan terjadi di tengah sentimen global yang sebenarnya sudah membaik terlihat dari inflasi AS yang rilis semalam melandai ke level yang lebih baik dari ekspektasi pasar.
Tercatat pada periode Mei 2023, inflasi AS berada di 4,0 % (year on year/yoy), melandai dari 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir. Inflasi Mei juga lebih rendah dari ekspektasi pasar (4,1%).
Secara bulanan (month to month/mtm), inflasi AS juga melemah ke 0,1% pada Mei tahun ini, dari 0,4% pada April. Sementara itu, inflasi inti-di luar kelompok volatile- tercatat 5,3% (yoy) yang merupakan rekor terendah sejak November 2021.
Melandai-nya inflasi AS ditopang oleh turunnya harga energi dan makanan. Harga komoditas energi terkoreksi 11,7% (yoy) pada Mei, jauh lebih dalam dibandingkan koreksi 5,1% pada April.
Inflasi bahan makanan melandai ke 6,7% (yoy) pada Mei, dibandingkan 7,7% (yoy) pada bulan sebelumnya. Namun, kenaikan masih terjadi pada beberapa komoditas seperti apparel, rumah, dan layanan transportasi.
Dengan inflasi yang melandai membuka peluang the Fed memberikan ruang jeda suku bunga. Hal ini tentu bisa menjadi katalis positif bagi pasar keuangan terutama di emerging market termasuk Indonesia.
Ada potensi pelemahan terjadi hari ini lebih kepada karena sikap pelaku pasar yang cenderung hati-hati menjelang pengumuman kebijakan the Fed yang sudah semakin dekat. Hari ini bank sentral AS tengah menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) dan akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada hari ini atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas sebesar 91,9% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ini Penyebab Dolar Perkasa hingga Tembus Rp15.000