
Pasar RI Siap Pesta Lagi, Saham Teknologi Jadi Bintangnya

Pelaku pasar perlu mencermati sejumlah sentimen penggerak pasar baik dari dalam negeri ataupun luar negeri.
Sentimen positif dari luar negeri akan datang dari pesta pora Wall Street yang terus berlanjut serta ekspektasi kebijakan The Fed.
Bergairahnya Wall Street diharapkan ikut menular ke pasar keuangan Indonesia, termasuk bursa saham.
Ekspektasi mulai melunaknya The Fed juga diharapkan bisa mendatangkan capital inflow ke pasar keuangan dalam negeri. Dengan semakin kencangnya ekspektasi dipertahankannya suku bunga acuan maka rupiah juga diharapkan kembali menguat setelah tersungkur kemarin.
Secara historis, kebijakan dovish The Fed biasanya akan membuat dolar AS melemah dan membuat mata uang Emerging Market, termasuk Indonesia menguat.
Kekhawatiran pasar mengenai ketidakpastian global serta tren suku bunga tinggi juga diharapkan sudah mulai mereda jika The Fed menahan suku bunga.
Faktor ini sangat penting karena membuat perusahaan berani ekspansi karena dengan suku bunga yang lebih rendah maka ongkos pinjaman akan turun.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 78,1% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%. Probabilitas ini naik tajam dibandingkan pada sehari sebelumnya yang hanya 71%.
Kinerja impresif sektor teknologi dan digital di bursa Wall Street juga diharapkan terus menyengat emiten sektor yang sama di Tanah Air.
Dalam beberapa hari terakhir, saham teknologi dan digital, terutama bank digital, Tanah Air sebenarnya sudah menunjukkan kinerja yang sangat impresif.
Saham PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) terbang 24,92% kemarin. Saham PT Era Digital Media (AWAN) juga melonjak 10 dan PT Solusi Sinergi Digital (WIFI) terbang 10,34%.
Dengan semakin cemerlangnya kinerja perusahaan berbasis teknologi global seperti Apple, Microsoft, dan Amazon maka sektor teknologi Tanah Air bisa semakin menarik investor setelah sempat babak belur pada akhir tahun lalu.
Selain kinerja Wall Street, sentimen terpenting dari luar negeri pada hari ini adalah rilis inflasi AS untuk Mei 2023.
Pelaku pasar berekspektasi jika inflasi AS akan melandai ke 4,1% (yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% pada April. Secara bulanan, inflasi diharapkan melandai 0,2% (mtm) dibandingkan 0,4% pada April.
Sementara itu, inflasi inti diharapkan akan melemah menjadi 5,3% (yoy) pada Mei, dibandingkan 5,5% pada April.
Inflasi menjadi pertimbangan penting bagi The Fed dalam menentukan suku bunga pada rapat FOMC hari ini dan besok (13-14 Juni).
Jika inflasi melandai maka semakin besar pula harapan pasar melihat The Fed melunak bulan ini.
Meskipun turun terus, inflasi AS masih sangat jauh dari target The Fed yakni di kisaran 2%. Penurunan inflasi juga sangat lamban karena masih panasnya tenaga kerja di AS.Data-data tenaga kerja AS masih bergerak berlawanan.
Jumlah pegawai AS yang mengajukan klaim pengangguran bertambah 261.000 pada pekan yang berakhir pada 3 Juni 2023. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2021.
Tingkat pengangguran Amerika Serikat naik menjadi 3,7% pada Mei 2023, naik dari 3,4% pada April.
Namun, data non-farm payrolls menunjukkan adanya tambahan lapangan kerja sebanyak 339.000 pada Mei tahun ini. Penambahan tersebut menjadi yang tertinggi sejak empat bulan terakhir.
