
Awal Pekan Ijo Royo-Royo, Pesta Wall Street Berlanjut

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa utama Amerika Serikat (AS) Wall Street mengawali perdagangan pada pekan ini di zona hijau. Indeks menghijau di tengah harapan mulai melunaknya kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Pada awal perdagangan Senin (12/6/2023), indeks Dow Jones menguat 0,19% menjadi 33.940,86, indeks Nasdaq naik 0,46% ke posisi 13.319,02 sementara indeks S&P 500 terapresiasi 0,28% ke posisi 4.310,89.
Menghijaunya Wall Street juga memperpanjang tren positif. Pada perdagangan Kamis dan Jumat pekan lalu, ketiga bursa juga ditutup di zona hijau.
Menghijaunya Wall Street ditopang oleh keyakinan pasar jika The Fed akan segera menghentikan kenaikan suku bunga pada bulan ini.
The Fed akan menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada Selasa dan Rabu pekan ini.
Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat ada probabilitas sebesar 73,6% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% - 5,25%.
Sebelum pengumuman kebijakan The Fed pada Rabu pekan ini, investor akan menunggu data inflasi Mei tahun ini. Pasar memperkirakan inflasi akan melandai menjadi 4% (year on year/yoy) pada Mei dari 4,9% (yoy) pada April.
Jika inflasi kencang dibandingkan proyeksi pasar maka The Fed dikhawatirkan masih akan tetap hawkish sehingga bursa saham loyo.
"Jika memang The Fed nantinya mulai menahan suku maka pergerakan saham perusahaan-perusahaan besar akan segera rally," ujar analis dari Cherry Lane Investments, Rick Meckler, dikutip dari Reuters.
The Fed sudah mengerek suku bunga acuan hingga 500 bps sejak Maret 2022 menjadi 5-5,25%.
Pasar mulai meyakini The Fed akan melunak karena adanya tanda-tanda perlambatan ekonomi AS. Perlambatan tersebut diharapkan menjadi sinyal jika inflasi AS bisa turun dengan cepat.
AS melaporkan jumlah pegawai yang mengajukan klaim pengangguran bertambah 261.000 pada pekan yang berakhir pada 3 Juni 2023. Jumlah tersebut merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2021.
Dengan naiknya klaim pengangguran maka ada harapan jika inflasi AS akan turun lebih cepat.
Indeks PMI non-manufaktur AS atau sektor jasa melandai ke 50,4 pada Mei 2023, dari 51,9 pada April. Indeks juga berada di posisi terendahnya dalam lima bulan terakhir.
PMI manufaktur AS juga jeblok ke 48,4 pada Mei, dari 50,2 pada April. Dengan PMI ada di angka 48,4 maka aktivitas manufaktur AS kini sedang tidak dalam fase ekspansif.
Adam Crisafulli, analis Vital Knowledge, mengatakan kenaikan Wall Street pada Kamis dan Jumat menandai adanya perubahan psikologis pelaku pasar dari yang sebelumnya melihat The Fed akan hawkish kini diproyeksi menjadi dovish.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(mae/mae)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Kinerja Perusahaan Mengecewakan, Wall Street Terbakar