Market Commentary

Saham Batu Bara Bak Roller Coaster, Hari Ini Cerah Lagi

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
08 June 2023 10:04
Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). Pemerintah memutuskan untuk menyetop ekspor batu bara pada 1–31 Januari 2022 guna menjamin terpenuhinya pasokan komoditas tersebut untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) milik PLN dan independent power producer (IPP) dalam negeri. Kurangnya pasokan batubara dalam negeri ini akan berdampak kepada lebih dari 10 juta pelanggan PLN, mulai dari masyarakat umum hingga industri, di wilayah Jawa, Madura, Bali (Jamali) dan non-Jamali. (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)
Foto: Pekerja melakukan bongkar muat batubara di Terminal Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (6/1/2022). (CNBC Indonesia/ Tri Susilo)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara secara mayoritas menghijau pada perdagangan sesi I Kamis (8/6/2023), setelah sehari sebelumnya terkoreksi.

Per pukul 09:20 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 16 saham terpantau menguat, tiga saham cenderung stagnan, dan satu saham terpantau melemah.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Harum EnergyHRUM1.4303,25%
Golden Eagle EnergySMMT6853,01%
ABM InvestamaABMM2.9401,73%
TBS Energi UtamaTOBA3921,55%
Alfa Energi InvestamaFIRE671,52%
Delta Dunia MakmurDOID3321,22%
Indo Tambangraya MegahITMG23.1751,20%
United TractorsUNTR23.1001,09%
Prima Andalan MandiriMCOL4.6501,09%
Bukit AsamPTBA3.2200,94%
Indika EnergyINDY1.8800,80%
Bayan ResourcesBYAN13.5000,75%
Atlas ResourcesARII1460,69%
Mitrabara AdiperdanaMBAP4.6000,66%
Baramulti SuksessaranaBSSR3.3100,61%
Adaro Energy IndonesiaADRO2.1800,46%
Bumi ResourcesBUMI1100,00%
Borneo Olah Sarana SuksesBOSS520,00%
Adaro Minerals IndonesiaADMR8300,00%
MNC Energy InvestmentIATA66-2,94%

Sumber: RTI

Saham PT Harum Energy Tbk (HRUM) menjadi saham batu bara yang paling besar penguatannya pada sesi I hari ini, yakni melonjak 3,25% ke posisi Rp 1.430/saham.

Tak hanya saham HRUM, mayoritas saham raksasa batu bara juga bergairah pada sesi I hari ini, kecuali saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) yang cenderung stagnan.

Saham batu bara RI kembali berbalik arah ke zona penguatan setelah sehari sebelumnya sempat terkoreksi. Harga batu bara yang kembali bangkit sementara menjadi penopang saham batu bara RI pada pagi hari ini.

Pada perdagangan Rabu kemarin, harga batu bara kontrak Juli di pasar ICE Newcastle ditutup melonjak 1,98% di posisi US$ 141,85 per ton.

Penguatan kemarin berbanding terbalik dengan hari sebelumnya di mana harga batu jatuh 3,23%. Dalam sepekan terakhir, harga batu bara sangat volatil tetapi hanya bisa bergerak US$ 135-142 per ton.

Vietnam yang berencana membangun conveyor belt raksasa demi mengamankan pasokan batu bara turut mendongkrak harga batu bara di tengah masih banyaknya sentimen negatif.

VNExpress melaporkan jika Provinsi Quang Tri, Vietnam, berencana membangun conveyor belt atau ban berjalan sepanjang 160 kilometer (km).

Conveyor belt tersebut akan dipakai untuk mengangkut batu bara dari Laos ke Vietnam.

Langkah ini diambil sejalan dengan terus melonjaknya permintaan batu bara di Vietnam. Namun, infrastruktur yang kurang memadai membuat mereka kesulitan memenuhi kebutuhan.

Conveyor belt ini akan menghubungkan wilayah Sekong di Laos menuju Pelabuhan My Thuy di distrik Hai Lang, Vietnam, serta Provinsi Salavan di Laos, di mana Conveyor belt ini akan membentang sepanjang 160 km.

Conveyor ini diharapkan bisa mengangkut batu bara sebanyak 1.500-1.600 ton per jam dan 15-20 juta ton per tahun dari Laos ke Vietnam tiap tahunnya.

Kabar dari Vietnam setidaknya mampu menahan pelemahan batu bara, kemarin. Pasalnya, sentimen negatif dari China dan Amerika Serikat (AS) bertubi-tubi membayangi pasar batu bara.

China mengimpor batu bara sebanyak 39,58 juta ton pada Mei tahun ini. Jumlah tersebut turun 2,7% pada Mei dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm) pada April yang tercatat 40,68 juta ton.

Impor melemah karena lesunya industri baja dan permintaan listrik serta masih tingginya pasokan. Tiongkok.

CNBC INDONESIA RESEARCH

[email protected]

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Masih Labil, Tapi 13 Sahamnya di RI Cerah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular