Utang Pemerintah Lokal China Tembus Rp 230.000 T, Krisis?
- Pasar keuangan Tanah Air pada perdagangan awal pekan ini mencatatkan kinerja yang beragam. IHSG berakhir nyaris tak bergerak dan rupiah ditutup menguat melawan dolar AS
- Wall Street yang ditutup di zona merah bisa menjadi sentimen negatif bagi indeks acuan Tanah Air
- Tak lepas dari itu, ada beberapa data penting yang patut dicermati untuk memberikan dampak bagi pasar keuangan dalam negeri baik IHSG maupun rupiah utamanya dari China dan AS.
Jakarta, CNBC Indonesia - Pasar keuangan Tanah Air mencatatkan kinerja beragam pada perdagangan awal pekan kemarin, Senin (5/6/2023). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) nyaris tak berubah, sementara rupiah menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Dari sisi Indeks acuan Tanah Air ditutup hanya bertambah 0,17 poin alias tetap 0% dari perdagangan sebelumnya. Meskipun demikian, IHSG hari ini dibuka di zona merah kemudian bergerak fluktuatif hingga menyentuh titik tertinggi di level 6.663,71 sesaat sebelum perdagangan berakhir.
Kendati demikian penutupan hari ini setidaknya memutus tren pelemahan yang terjadi selama lima hari beruntun. Dalam lima hari perdagangan IHSG masih terkoreksi 2,16%. Selain itu, secara year to date (ytd) indeks membukukan koreksi sebesar 3,17%.
Pada perdagangan kemarin data pasar menunjukkan investor asing melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp 614,67 miliar di pasar reguler.
Melansir dari data Revinitiv, hampir seluruh sektor menguat, hanya sektor teknologi yang tetap melemah 1,85%.
Sementara dari negeri tetangga, bursa Asia-Pasifik malah terpantau pesta pora pada perdagangan awal pekan ini. Indeks Nikkei 225 Jepang bahkan mencetak rekor tertinggi dalam 33 tahun.Bursa menghijau menyambut perkembangan positif Amerika Serikat (AS).
Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup di posisi 32.217,40. Indeks terbang 693,20 poin atau 2,20%.Posisi penutupan hari ini adalah yang tertinggi sejak 20 Juli 1990 atau 33 tahun terakhir.
Dari pasar keuangan lain, Rupiah menguat 0,67% melawan dolar Amerika Serikat (AS) menjadi Rp14.885,00/US$ di pasar spot.Rupiah menunjukkan hari terbaiknya pasca berhari-hari tak berdaya melawan dolar AS. Dengan ini secara tahunan rupiah masih mencatatkan penguatan hingga 3,73%.
Penguatan ini disinyalir berkat perbaikan fundamental dari rupiah, sehingga prospek ke depan masih akan menunjukkan penguatan.
Gubernur Bank Sentral Indonesia, Perry Warjiyo menyatakan bahwa Bank Indonesia berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar dan akan bekerja sama dengan Kementerian Keuangan untuk memastikan pasar obligasi juga stabil.
Mata uang rupiah mampu menguat di tengah Dolar Amerika Serikat (AS) yang juga menguat dibanding beberapa mata uang Asia.
Rupee, mata uang India, terdepresiasi sebesar 0,22% ke level terendah dalam lebih dari seminggu, sementara mata uang Korea Selatan, Won, sempat melemah sebanyak 0,41%.
(aum/aum)