Newsletter

Utang Pemerintah Lokal China Tembus Rp 230.000 T, Krisis?

Aulia Mutiara Hatia Putri, CNBC Indonesia
06 June 2023 06:00
Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)
Foto: Layar digital pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Rabu (10/5/2023). (CNBC Indonesia/Muhammad Sabki)

Dari dalam negeri, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat indeks harga konsumen (IHK) Mei mengalami inflasi sebesar 4% (year on year/yoy). Inflasi ini lebih rendah dari bulan sebelumnya sebesar 4,33%.

Adapun, inflasi bulanan sebesar 0,09% (month to month/mtm) dan tahun kalender mencapai 1,10% (year to date/ytd).

Hasil rilis inflasi ini sejalan dengan polling ekonom yang memperkirakan inflasi (year on year/yoy) menembus 4,20% pada Mei. Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan pada April yang tercatat 4,33%.

Inflasi melandai karena harga barang akan kembali normal setelah melonjak pada periode Lebaran.

Komoditas penyumbang utama inflasi bulanan di antaranya adalah bawang merah, daging ayam ras, ikan segar, telur ayam ras, dan rokok filter.

Sementara itu, komoditas penyumbang utama inflasi tahunan adalah bensin, beras, rokok kretek filter, tarif kontrak rumah, dan bahan bakar rumah tangga.

Tapi jangan mudah berbangga hati karena Inflasi Turun! Penurunan tajam juga bisa menjadi sinyal jika ada pelemahan daya beli. Terlebih, penurunan inflasi inti yang sangat cepat terjadi sejak menjelang Ramadan dan Lebaran pada Maret 2023.

Tanda-tanda melandainya belanja sudah tercermin melalui sejumlah indikator, termasuk Mandiri Spending Index (MSI).Mandiri Spending Index (MSI) per 2 April 2023 menunjukkan nilai belanja pada Ramadan tahun ini jauh lebih kecil dibandingkan pada Ramadan tahun lalu.

Nilai belanja pada Ramadan 2023 tercatat 133,5, jauh lebih rendah dibandingkan pada Ramadan 2022 yang tercatat 159,9. Volume belanja pada Ramadan 2023 tercatat 155,9. Volume belanja tersebut lebih rendah dibandingkan pada Ramadan 2022 tercatat 179,4.

Inflasi diperkirakan terus melandai ke depan. Selain karena berakhirnya periode Lebaran, tidak ada faktor yang diperkirakan akan mendongkrak inflasi ke depan.

Inflasi kemungkinan baru akan melonjak kembali menjelang akhir tahun.Bank Mandiri memperkirakan inflasi akan menyentuh 3,6% pada akhir 2023. Sementara itu, Bank Danamon memperkirakan inflasi akan berada di kisaran 3,8%.Namun, Bank Danamon melihat ada risiko ke depan.

Bagi pergerakan rupiah, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memastikan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah tetap stabil dan kuat sejak akhir 2022 hingga saat ini.

"Rupiah kalau kita lihat year to date (ytd) dari akhir tahun sampai sekarang menguat 3,85 % dari tingkat Desember 2022 dan ini lebih baik dari India, Thailand bahkan juga Filipina," kata Perry Warjiyo, dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR, Senin (5/6/2023).

Perry mengatakan BI akan terus memastikan stabilitas nilai tukar rupiah ke depannya. Namun demikian, Perry mengingatkan bahwa pergerakan dolar yang memang masih cukup kuat.

Namun persoalan plafon utang AS yang telah disetujui, justru juga menjadi perhatian yang akan diawasi BI, sebab hal akan mempengaruhi nilai tukar rupiah.

Selain itu, Aktivitas manufaktur Indonesia pada Mei 2023 menunjukkan adanya penurunan permintaan.

S&P Global merilis data aktivitas manufaktur Indonesia yang dicerminkan dengan Purchasing Managers' Index (PMI) pada hari ini, Senin (5/6/2023).

PMI Manufaktur Indonesia untuk periode Mei 2023 berada di level 50,3. Angka ini lebih rendah dibandingkan pada April 2023 yang tercatat 52,7. Indeks 50,3 adalah yang terendah sejak November 2022 atau enam bulan terakhir.

Laju ekspansi menurun ke posisi terendah dalam enam bulan, namun tetap memperpanjang kondisi laju pertumbuhan saat ini menjadi satu tahun.

Angka penurunan headline PMI Manufaktur di Indonesia, menurut S&P Global disebabkan adanya penurunan permintaan.

(aum/aum)
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular