China-Amerika Beri Kabar Buruk, Semoga Rupiah Kuat!

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
Senin, 05/06/2023 08:08 WIB
Foto: Ilustrasi Mata Uang Asing (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Pada perdagangan pekan lalu, Rabu (31/5/2023) rupiah ditutup melemah kembali 0,03% menjadi Rp14.985 terhadap dolar Amerika Serikat (AS), semakin mendekati resistance sesuai dengan level psikologis-nya di Rp15.000/US$.

Sejumlah sentimen global masih membebani rupiah seperti kondisi manufaktur China yang semakin lesu nampak dari data Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur oleh NBS pada periode Mei 2023 di angka 48,8, nilai ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya di 49,2 dan perkiraan pasar di 49,4.

Data pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS) juga turut menjadi pemberat, data terbaru per Mei 2023 tidak terduga ada 339.000 pekerjaan yang tercatat, tidak sesuai perkiraan yang proyeksi nya bisa turun ke 190.000. Hal ini menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih ketat membuat inflasi akan sulit turun.


Kondisi pasar tenaga kerja yang ketat membuat pelaku pasar memperkirakan pertimbangan the Fed dalam menaikkan suku bunga potensi meningkat pada rapat FOMC pertengahan Juni mendatang.

Kendati begitu, dari sisi domestik Bank Indonesia (BI) meyakini stabilisasi rupiah masih akan terjaga berkat surplus transaksi berjalan dan ekspor yang kuat. Selain itu, aliran dana dari asing masih akan berlanjut sejalan dengan prospek ekonomi yang masih tumbuh positif dengan inflasi yang rendah dan prospek imbal hasil yang menarik.

Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Mei 2023, Perry Wajiyo selaku Gubernur BI menyampaikan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2023 masih akan tumbuh dalam rentang 4,5% - 5,3%.

Teknikal Rupiah
Secara teknikal menggunakan timeline hourly, rupiah yang disimbolkan USD/IDR kini masih berada di atas rata-rata pergerakan 20 dan 50 hari (Moving Average/ MA 20 dan MA 50) atau di posisi Rp14.985/US$.

Akan tetapi posisi resistance berdasarkan level psikologisnya di Rp15.000/US$ sudah sempat teruji pada awal perdagangan Rabu lalu (31/5/2023).

Foto: Refinitiv
Pergerakan rupiah terhadap dolar AS

Sementara itu indikator Relative Strength Index (RSI) pada grafik per jam sudah berada di wilayah jenuh beli atau overbought di posisi 58,76. Sebagai informasi, RSI merupakan leading indicator yang mengawali pergerakan harga, apabila mendekat wilayah overbought (di atas 80) atau oversold (di bawah 20), maka harga suatu instrumen berpeluang berbalik arah.

Posisi rupiah yang sudah sempat menyentuh resistance dan sudah berada di wilayah overbought membuka peluang rupiah bisa menguat ke posisi support terdekat pada MA20 hingga MA50 pada kisaran Rp14.975/US$..

Namun perlu diantisipasi juga, apabila posisi resistance Rp15.000/US$ kembali teruji akan membuat peluang pelemahan rupiah masih bisa berlanjut.

CNBC INDONESIA RESEARCH

research@cnbcindonesia.com


(tsn/tsn)
Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Menguat, Pasar Modal RI Masih Jadi Pilihan Investor