
Indek Dolar Melesat, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah kembali tertekan di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) lantaran indeks dolar AS (DXY) naik dan ekonomi yang tumbuh tak sesuai ekspektasi.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup melemah 0,29% di angka Rp15.700/US$ pada Senin (5/2/2024). Pelemahan ini mematahkan tren penguatan yang terjadi selama enam hari beruntun dan membuat rupiah kembali ke level psikologis barunya.
Pelemahan rupiah disebabkan oleh melseatnya indeks dolar AS dan buruknya data pertumbuhan ekonomi.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada kemarin hingga pukul 14.55 WIB menguat di angka 104,03 atau naik 0,1%. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan penutupan perdagangan kemarin (2/2/2024) yang berada di angka 103,92.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,04% (year on year/yoy) pada kuartal IV-2023. Pertumbuhan memang lebih tinggi dibandingkan kuartal III-2023 yakni 4,94%. Namun, secara keseluruhan tahun, ekonomi Indonesia hanya tumbuh 5,05% atau jauh lebih rendah dibandingkan 2022 yang menembus 5,31%.
DXY naik menyusul pernyataan the Fed yang masih hawkish. Chairman bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell Presiden The Fed Presiden Fed Minneapolis Neel Kashkari sama sama memberi pernyataan hawkish kemarin.
Powell dalam wawancaranya di "60 Minutes" di CBS mengatakan jika The Fed akan berhati-hati dalam memangkas suku bunga tahun ini. Senada, Kashkari dalam paper yang dirilis Senin (5/2/2024) juga mengatakan ekonomi AS yang masih tangguh membuat pemangkasan suku bunga sulit dilakukan saat ini.
"Kami ingin melihat bukti yang lebih meyakinkan jika inflasi melaju ke kisaran 2% sebelum mengambil langkah yang sangat penting berupa pemangkasan suku bunga," tutur Powell, dikutip dari CNBC International.
Powell mengingatkan jika kebijakan pengetatan suku bunga diperkirakan bisa menyebabkan "banyak penderitaan" tetapi hal yang dia takutkan tidak terjadi. Dia menambahkan jika ekonomi AS akan kuat meskipun ada pemilu presiden pada November mendatang.
"Dengan ekonomi yang sangat kuat, sepertinya kita bisa mulai bertanya kapan memangkas suku bunga," tutur Powell.
The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada pekan lalu. Pernyataan Powell membuat pelaku pasar langsung pesimis terhadap pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat.
Perangkat CME FedWatch Tool menunjukkan hanya 16,5% pelaku pasar memproyeksi The Fed akan memangkas suku bunga pada Maret mendatang. Padahal, probabilitas pemangkasan masih mencapai 70% pada dua pekan lalu.
Teknikal Rupiah
Gerak rupiah mulai bergerak sideways, secara teknikal dalam basis waktu per jam, terdekat rupiah masih bias menguji pelemahan ke resistance terdekat di Rp15.715/US%. Ini didapatkan dari garis rata-rata selama 50 jam atau moving average (MA) 50.
Sementara itu, untuk target penguatan bisa melihat pada garis hroizontal yang pernah diuji pada 19 Januari 2024 sekaligus level psikologis di Rp15.600/US$.
![]() Pergerakan rupiah melawan dolar AS |
CNBC INDONESiA RESEARCH
(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Prabowo Menang Quick Count, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?