Dibayangi Hantu Twin Deficit, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?

Tasya Natalia, CNBC Indonesia
27 February 2024 08:25
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah malah kembali melemah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) lantaran terjadi twin deficit yang disertai foreign outflow di Surat Berharga Negara (SBN) selama tiga pekan beruntun.

Melansir data Refinitiv, pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (26/2/2024) rupiah bertengger di posisi Rp15.625/US$ atau melemah 0,22% dalam sehari.

Pelemahan rupiah tersebut melanjutkan depresiasi yang terjadi pada satu hari sebelumnya yang melemah 0,03%.

Depresiasi rupiah terjadi pasca Indonesia mencatatkan defisit Transaksi Berjalan hingga US$1,3 Miliar pada Q4-2023 sementara secara keseluruhan tahun 2023 defisitnya mencapai US$1,6 Miliar atau 0,1% dari PDB. Di sisi lain Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2023 defisit sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65% dari produk domestik bruto (PDB).

Ekonom CIMB Niaga, Mika Martumpal mengatakan twin deficit kerap berdampak negatif ke pasar keuangan RI, meski faktor suku bunga dan prospek pertumbuhan global turut mempengaruhi stabilitas pasar.

Senada dengan Mika Martumpal, Treasury Division Head BTN, Sindhu Rahadian Ardita menilai twin deficit sudah jamak dialami RI, namun upaya pemerintah mendoronghilirisasi berpotensi mendorong surplus transaksi berjalan sehingga twin deficit bisa semakin ditekan.

Kendati begitu, dalam jangka pendek ini hantu twin deficit potensi masih akan membayangi gerak rupiah. Pasalnya, pemerintah telah memutuskan untuk tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) maupun listrik pada tahun ini, setidaknya sampai Juni 2024.

Hal tersebut membuat pemerintah harus menetapkan tambahan anggaran untuk Pertamina maupun Perusahaan Listrik Negara (PLN) supaya tidak ada perubahan harga.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan seiring dengan adanya penambahan pos anggaran, hal tersebut bisa potensi memperlebar defisit APBN dari yang ditetapkan, 2.29% dari PDB pada tahun ini, menjadi sekitar 2,8%.

Pelebaran defisit kemungkinan besar akan berdampak kepada penerbitan surat utang pemerintah yang akan mempengaruhi supply dan demand pasar SBN. Bila SBN melimpah maka harga bisa jatuh sehingga imbal hasil naik.

Seperti halnya yang terjadi kurang lebih dalam tiga pekan beruntun ini, dari pasar SBN sudah mulai tercermin dari foreign outflow sebanyak Rp4 triliun sejak pekan kedua Februari 2024.

Terakhir berdasarkan data transaksi 19 - 22 Februari 2024 yang dirilis Bank Indonesia, investor asing di pasar keuangan domestik tercatat beli neto Rp1,01 triliun terdiri dari jual neto Rp0,19 triliun di pasar SBN, beli neto Rp2,08 triliun di pasar saham, dan jual neto Rp0,88 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Teknikal Rupiah

Secara teknikal dalam basis waktu per jam, kendati ada pelemahan dalam dua hari terakhir, rupiah terbilang masih bergerak terkonsolidasi dalam rentang support di Rp15.585/US$ hingga resistance di Rp15.680/US$.

Sebagai catatan, posisi support tersebut didapatkan dari garis horizontal yang pernah diuji low candle intraday pada 22 Februari 2024. Sementara resistance ditarik dari garis lurus berdasarkan high candle intraday 7 Februari 2024.

Pergerakan rupiah melawan dolar ASFoto: Tradingview
Pergerakan rupiah melawan dolar AS



CNBC INDONESIA RESEARCH 


(tsn/tsn)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Indek Dolar Melesat, Bagaimana Nasib Rupiah Hari Ini?

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular