Market Commentary

Meski Dibantu China, Saham Batu Bara RI Ambruk Berjamaah

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Rabu, 31/05/2023 10:47 WIB
Foto: Bongkar muat batu bara di China. (REUTERS/ALY SONG)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara secara mayoritas terkoreksi pada perdagangan sesi I Rabu (31/5/2023), setelah sehari sebelumnya sempat menghijau.

Per pukul 09:29 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 15 saham terpantau terkoreksi, empat saham cenderung stagnan, dan satu saham terpantau menguat.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.


SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Bayan ResourcesBYAN14.950-7,00%
Prima Andalan MandiriMCOL4.630-3,54%
Indo Tambangraya MegahITMG22.325-3,25%
Adaro Energy IndonesiaADRO2.050-2,84%
ABM InvestamaABMM2.750-2,83%
Baramulti SuksessaranaBSSR3.580-2,72%
Bumi ResourcesBUMI98-2,00%
Indika EnergyINDY1.725-1,71%
Bukit AsamPTBA3.040-1,62%
MNC Energy InvesmentIATA65-1,52%
Delta Dunia MakmurDOID310-1,27%
Adaro Minerals IndonesiaADMR790-1,25%
Atlas ResourcesARII148-0,67%
United TractorsUNTR22.400-0,44%
Harum EnergyHRUM1.355-0,37%
Golden Eagle EnergySMMT6550,00%
TBS Energi UtamaTOBA3780,00%
Alfa Energi InvestamaFIRE670,00%
Borneo Olah Sarana SuksesBOSS530,00%
Mitrabara AdiperdanaMBAP5.9000,43%

Sumber: RTI

Saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) menjadi saham batu bara yang paling parah koreksinya pada sesi I hari ini, yakni ambruk 7% ke posisi Rp 14.950/saham. Bahkan, saham BYAN sudah menyentuh auto reject bawah (ARB).

Hanya saham PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) yang terpantau menguat pada sesi I hari ini, yakni menguat 0,43% menjadi Rp 5.900/saham.

Saham batu bara RI berbalik arah ke zona koreksi setelah sehari sebelumnya sempat menguat. Harga batu bara yang masih lesu di tambah upaya dunia untuk memerangi climate change atau perubahan iklim juga dapat membebani saham-saham batu bara.

Harga batu bara jatuh ke level terendah dalam hampir dua tahun terakhir. Pada perdagangan Selasa kemarin, harga batu bara kontrak dua bulan atau Juli di pasar ICE Newcastle ditutup ambruk 3,43% di posisi US$ 132,6 per ton.

Harga penutupan kemarin adalah yang terendah sejak 7 Juli 2021 atau 34 bulan terakhir atau hampir dua tahun. Bila dihitung sejak awal tahun maka harga batu bara sudah ambles 66%.

Harga batu bara terus melemah meskipun permintaan dari kawasan Asia mulai melonjak.

Dikutip dari Reuters, permintaan impor batu bara dari Asia melonjak, bahkan mencatat rekor tertingginya pada Mei. Lonjakan permintaan terjadi karena pembeli memanfaatkan harga murah.

Data Kpler menunjukkan permintaan impor dari kawasan Asia menembus 78,38 juta ton pada Mei tahun ini, rekor tertinggi yang pernah dicatat oleh Kpler dan Refinitiv.

Impor dari kawasan Asia terus meningkat sejak Maret kemudian April dan puncaknya pada Mei 2023. Pembeli memanfaatkan batu bara yang terus melandai dalam tiga bulan terakhir.

China dan India turut menjadi importir batu bara terbesar di dunia. Apalagi, keduanya juga merupakan importir dari batu bara Indonesia.

Meski ada kabar baik dari Asia, tetapi harga batu bara yang kembali melandai karena anjloknya permintaan dari Eropa ataupun kawasan lain selain Asia.

Harga gas yang semakin membaik membuat masyarakat di Eropa kembali menggunakan gas karena dinilai lebih ramah lingkungan ketimbang batu bara.

Selain itu, perkembangan isu climate change dan konversi energi menjadi EBT juga dapat membebani saham-saham batu bara.

Menurut Kementerian Keuangan, Sri Mulyani, keinginan dunia memerangi climate change akan memberikan sentimen negatif kepada saham-saham batu bara. Namun, konversi ke EBT masih membutuhkan waktu yang cukup lama.

"Di satu sisi keinginan memerangi climate change akan memberikan sentimen negatif terhadap harga tetapi konversi energi tidak mungkin terjadi dalam waktu yang singkat karena membutuhkan teknologi yang tak mudah," imbuh Sri Mulyani.

Pergerakan harga batu bara sangat penting bagi Indonesia mengingat pasir hitam menyumbang ekspor sekitar 19%. Batu bara juga menyumbang penerimaan negara dalam jumlah besar melalui royalti hingga pendapatan pajak perusahaan.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: Was-Was Bisnis Angkutan Batu Bara Saat Harga-Ekonomi Bergolak