
Mohon Maaf! Pelaku Pasar Benci Erdogan Menangi Pemilu Turki

Jakarta, CNBC Indonesia -Â Kemenangan petahana Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pemilhan umum Turki tidak disambut baik oleh pelaku pasar. Bahkan tanda-tanda kemenangan tersebut sudah direspon pelaku pasar sejak pekan lalu, kurs lira jeblok ke rekor terlemah sepanjang sejarah melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Pada perdagangan Jumat (26/5/2023), lira sempat menyentuh TRY 20,12/US$ yang merupakan rekor terlemah sepanjang sejarah. Sepanjang tahun ini kurs lira sudah merosot sekitar 6,5%. Pada perdagangan Senin (27/5/2023), lira masih mengalami pelemahan sekitar 0,6% dan berada di dekat level TRY 20/US$.
Erodogan memang kurang disukai oleh investor sebab pendekatannya yang aneh terhadap perekonomian. Terbukti, surat utang (obligasi) Turki terus "dibuang" oleh investor asing.
Sejak 2022 lalu, obligasi Turki yang dimiliki investor asing kurang dari 1%, dan terus menurun hingga tahun ini. Persentase tersebut merosot dari 23% pada 2012 lalu.
Hal yang sama juga terjadi pada pasar saham. Berdasarkan kalkulasi Goldman Sachs yang dikutip Financial Times awal Mei lalu, dalam satu dekade terakhir investor asing menarik dananya hingga US$ 7,3 miliar.
"Ini (Turki) adalah pasar yang hampir sepenuhnya ditinggalkan investor asing," kata Emre Akcakmak, fund manager spesilain negara berkembang di East Capital, sebagaimana dilansir Financial Times, Minggu (7/5/2023).
Kredibilitas pemerintahan Turki yang selalu menjadi tanda tanya besar membuat investor asing terus "membuang" obligasi Turki.
Dalam menangani inflasi tinggi misalnya, ketika bank sentral di berbagai negara agresif menaikkan suku bunga, bank sentral Turki (TCMB) justru kebalikannya.
Memang bukan Erdogan yang memangkas suku bunga tersebut, tetapi Gubernur bank sentral Turki (TCMB). Namun, kebijakan yang diambil tersebut sangat dipengaruhi oleh Erdogan.
Sang pemimpin selama 20 tahun ini tidak akan segan-segan memecat Gubernur TCMB jika berani menaikkan suku bunga, bertentangan dengan keinginannya.
Pada Maret 2021 lalu, Gubernur TCMB Nanci Agbal dipecat Erdogan tanpa memberikan alasan.
Dua hari sebelum dipecat, Agbal menaikkan suku bunga sebesar 200 basis poin menjadi 19%, yang merupakan suku bunga tertinggi sejak Juli 2018.
Pergantian Gubernur TCMB pun membuat suku bunga berbalik dipangkas. Lonjakan inflasi yang terjadi sejak akhir 2021 juga sebagai akibat TCMB yang sangat agresif memangkas suku bunga acuannya. Bahkan masih terus dilakukan hingga saat ini berada di 8,5%, dibandingkan pertengahan 2021 sebesar 19%.
Kredibilitas semakin dipertanyakan ketika data inflasi yang dirilis pemerintah Turki jauh berbeda dengan laporan lembaga independen.
Akademisi independen Turki membentuk ENAG Inflation Research Group pada 2020 lalu, untuk mengukur inflasi. Hasilnya, laporan dari ENAG sangat jauh dari pemerintah
Pada April, ENAG melaporkan inflasi Turki mencapai 105,19% (yoy), dua kali lipat bahkan lebih jika dibandingkan laporan pemerintah 43,6%.
Lawan Erdogan pada pemilihan umum kali ini, Kemal Kilicdaroglu, berkampanye untuk melakukan reformasi yang bisa menarik lagi aliran modal asing. Sayangnya ia kalah, bahkan ketika menang pun investor asing diperkirakan masih akan belum tertarik menanamkan modalnya ke Turki.
"Turki memilki banyak variabel di tempat yang salah dan menempatkan variabel tersebut diposisi yang benar bukan pekerjaan yang mudah. Apakah modal asing tersedia? tentu saja. Apakah para investor segera akan menanamkan modalnya di Turki? saya rasa tidak." Kata Paul McNamara, direktur investasi emerging market di GAM London, sebagaimana dilansir Financial Times.
CNBCÂ INDONESIA RESEARCH
(pap/pap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Erdogan Menang Bikin Investor Ketar Ketir, Ini Buktinya!