Market Commentary

Harga Batu Bara Masih Belum Bangkit, Sahamnya Ikut Berguguran

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Senin, 29/05/2023 10:08 WIB
Foto: Reuters

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara secara mayoritas melemah pada perdagangan sesi I Senin (29/5/2023), di mana masih lesunya harga batu bara membebani saham batu bara pada hari ini

Per pukul 09:37 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 12 saham terpantau melemah, tiga saham cenderung stagnan, dan lima saham terpantau menguat.


Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.

SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Bumi ResourcesBUMI102-3,77%
Bayan ResourcesBYAN17.500-3,58%
ABM InvestamaABMM2.730-3,53%
Indo Tambangraya MegahITMG22.775-3,19%
Indika EnergyINDY1.735-2,80%
Adaro Minerals IndonesiaADMR750-1,96%
Adaro Energy IndonesiaADRO2.050-1,91%
Delta Dunia MakmurDOID302-1,31%
TBS Energi UtamaTOBA378-1,05%
Harum EnergyHRUM1.255-0,40%
Bukit AsamPTBA2.930-0,34%
United TractorsUNTR23.000-0,33%
Atlas ResourcesARII1550,00%
Borneo Olah Sarana SuksesBOSS550,00%
Prima Andalan MandiriMCOL5.1750,00%
Baramulti SuksessaranaBSSR3.7401,36%
Alfa Energi InvestamaFIRE711,43%
MNC Energy InvestmentIATA671,52%
Golden Eagle EnergySMMT6652,31%
Mitrabara AdiperdanaMBAP5.6504,63%

Sumber: RTI

Saham batu bara Grup Bakrie yakni PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi saham batu bara yang paling parah koreksinya pada pagi hari ini, yakni ambles 3,77% ke posisi Rp 102/saham.

Bahkan tak hanya BUMI, saham rakasasa batu bara lainnya juga kompak terkoreksi pada sesi I hari ini.

Namun, untuk saham PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) menjadi saham yang paling besar penguatannya pada sesi I hari ini, yakni melesat 4,63% menjadi Rp 5.650/saham.

Harga batu bara makin terpuruk pada pekan lalu. Harga pasir hitam juga diramal masih sulit menggeliat karena ekonomi China sebagai mesin utama penggerak harga masih lesu.

Ambruknya harga gas juga menjadi alasan lain mengapa harga batu bara akan sulit naik pekan ini. Jikalaupun naik maka angkanya tidak akan melonjak drastis.

Dilansir dari Reuters, profit perusahaan China jatuh 20,6% (year-on-year/yoy) pada Januari-April 2023. Jatuhnya profit salah satunya karena masih lemahnya permintaan dari dalam negeri serta permintaan ekspor.

Pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat mempengaruhi permintaan ekspor China, termasuk dari industri baja.

Di lain sisi, cuaca di sejumlah wilayah China juga diperkirakan tidak akan sepanas pada musim panas lalu sehingga penggunaan listrik akan berkurang.

Produksi batu bara China naik 4,5% menjadi 380 juta ton pada April 2023. Secara kumulatif, produksi batu bara China melonjak 4,8% pada Januari-April 2023 menjadi 1,53 miliar ton.

Permintaan dari Eropa juga diprediksi akan terus menurun sejalan dengan melemahnya harga gas serta tingginya produksi listrik dari pembangkit tenaga angin.

Harga gas sendiri ambruk 18% sepekan dan 37% sebulan pada pekan lalu.

Batu bara adalah sumber energi alternatif bagi gas sehingga harganya akan saling memperngaruhi.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/chd)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat