
Investor Awas! Tragedi Amerika 12 Tahun Lalu Bisa Terulang

Bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street ditutup beragam pada perdagangan Kamis (25/5/2023) waktu setempat.
Indeks Nasdaq & S&P 500 masing-masing melonjak 1,71% dan 0,88% akibat euforia Nvidia, sedangkan Dow Jones merosot tipis 0,11% meski Fitch Ratings menempatkan peringkat AAA Amerika Serikat pada pengawasan peringkat negatif.
Mengutip CNBC International, saham Nvidia Saham Nvidia melonjak 25% setelah perusahaan produsen GPU tersebut memberikan panduan pendapatan yang lebih kuat dari yang diharapkan untuk kuartal kedua 2023. Nvidia juga melaporkan kinerja yang lebih baik dari ekspektasi analis pada kuartal sebelumnya.
Lonjakan permintaan untuk chip yang dibutuhkan untuk melatih sistem generative artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan generatif macam ChatGPT mendorong Nvidia memproyeksikan pendapatan jauh di atas ekspektasi Wall Street.
Beberapa analis yang mengulas saham tersebut meningkatkan target harga mereka setelah melihat hasil kinerja keuangan teranyar Nvidia.
Saham semikonduktor lainnya mengikuti kenaikan Nvidia, seperti AMD dan Taiwan Semiconductor, yang masing-masing naik 6,4% dan 9,7%. ETF VanEck Semiconductor (SMH) juga melonjak 6,2%.
"Poin utamanya adalah bahwa inovasi dalam teknologi dapat mengatasi hambatan dari perlambatan ekonomi atau suku bunga yang lebih tinggi," kata Dylan Kremer, kepala investasi bersama Certuity kepada CNBC International.
"Saham teknologi khususnya dan growth stock belum mati," imbuh Kremer.
Sementara itu, Fitch Ratings menempatkan peringkat utang AAA jangka panjang AS dalam status pengawasan negatif.
Lembaga pemeringkat tersebut mengatakan negosiasi plafon utang yang sedang berlangsung telah meningkatkan risiko pemerintahan Joe Biden bisa tidak membayar beberapa kewajibannya tepat waktu. Namun, Fitch mengatakan masih berharap akan ada penyelesaian sebelum batas waktu atau X-date.
"Saya pikir semua orang melihat kisah (story) Nvidia dan ikut menungganginya karena ini adalah jeda yang menyenangkan dari pembicaraan pagu utang AS, ketakutan krisis perbankan, dan inflasi yang bersamaan dengan kebijakan ketat dari Federal Reserve," kata Ed Moya, analis pasar senior di Oanda.
(trp/trp)