Market Commentary

Belum Ada Katalis Positif, Gerak Saham Batu Bara Gak Kompak

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Senin, 22/05/2023 10:57 WIB
Foto: Karyawan beraktivitas di dekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (23/11/2022). IHSG ditutup menguat 0,33 persen atau 23,53 poin ke 7.054,12 pada akhir perdagangan, sebanyak 249 saham menguat, 255 saham melemah, dan 199 saham stagnan. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara cenderung bervariasi pergerakannya pada perdagangan sesi I Senin (22/5/2023), di tengah masih lesunya harga batu bara acuan dunia dan belum ada faktor yang dapat mendobrak harga batu bara.

Per pukul 10:18 WIB, dari 20 saham batu bara RI, sembilan saham terpantau menguat, sembilan saham terkoreksi, dan sisanya yakni dua saham cenderung stagnan.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.


SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
ABM InvestamaABMM3.130-6,85%
Baramulti SuksessaranaBSSR3.460-4,68%
Mitrabara AdiperdanaMBAP4.570-4,59%
Borneo Olah Sarana SuksesBOSS56-3,45%
Adaro Minerals IndonesiaADMR815-2,40%
MNC Energy InvestmentIATA66-1,49%
Atlas ResourcesARII156-1,27%
Prima Andalan MandiriMCOL5.675-0,87%
Bayan ResourcesBYAN18.825-0,40%
Harum EnergyHRUM1.2600,00%
Alfa Energi InvestamaFIRE710,00%
Delta Dunia MakmurDOID3161,28%
Bukit AsamPTBA3.1601,28%
Golden Eagle EnergySMMT6501,56%
Indika EnergyINDY1.8901,61%
Adaro Energy IndonesiaADRO2.4501,66%
Bumi ResourcesBUMI1181,72%
Indo Tambangraya MegahITMG25.1751,92%
United TractorsUNTR23.7752,04%
TBS Energi UtamaTOBA3964,76%

Sumber: RTI

Saham PT ABM Investama Tbk (ABMM) menjadi saham yang paling parah koreksinya pada pagi hari ini, yakni ambles 6,85% ke posisi Rp 3.130/saham. Bahkan, saham ABMM sudah menyentuh auto reject bawah (ARB).

Sedangkan saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) menjadi saham yang paling besar penguatannya pada sesi I hari ini yakni melonjak 4,76% menjadi Rp 396/saham.

Harga batu bara masih cenderung lesu pada pekan lalu. Harga pasir hitam juga diproyeksi masih sulit melonjak pada pekan ini karena belum ada faktor pendobrak harga.

Pada perdagangan Jumat pekan lalu, harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup ambruk 3,47% di posisi US$ 159,35 per ton.

Namun, secara keseluruhan, harga batu bara ambruk 2,24% sepanjang pekan lalu. Artinya, harga batu bara sudah melandai dalam empat pekan beruntun.

Harga batu bara juga sudah ambruk 13,93% sebulan dan jeblok 59,1% sepanjang tahun ini.

Harga batu bara juga diproyeksi masih akan bergerak melandai pada pekan ini. Sejumlah data menunjukkan pasar batu bara akan menghadapi jalan terjal pada pekan ini.

Di antaranya adalah kenaikan produksi batu bara dari China serta ambruknya permintaan dari Eropa. Namun, perkembangan di India bisa menjadi katalis positif bagi batu bara.

China memang melaporkan permintaan listrik mereka sudah naik pada tahun ini. Produksi listrik China pada Januari-April 2023 naik 4,9% (year-on-year/yoy) menjadi 128 miliar kilowatt-hours (kWh).

Pembangkit batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan porsi 83 miliar kWh.

Namun, share pembangkit batu bara kepada total produksi listrik turun menjadi 71% pada Januari-April 2023 dari 79% pada periode sama 2014.

Cuaca di sejumlah wilayah China juga diperkirakan tidak akan sepanas pada musim panas lalu sehingga penggunaan listrik akan berkurang.

Penurunan produksi listrik pembangkit batu bara juga dilaporkan Jerman. Produksi listrik dari pembangkit batu bara di Jerman anjlok 19% (month to month/mtm) ke 375 giga watt hours (gWh)

Permintaan diperkirakan akan terus melandai karena ini musim semi seperti saat ini adalah periode di mana permintaan listrik akan rendah.

Penurunan produksi listrik batu bara salah satunya karena murahnya harga gas. Harga gas alam Eropa sudah jatuh hampir 8% dalam sepekan terakhir.

Dengan makin banyaknya produksi ke gas maka pasokan batu bara pun menumpuk.

Namun, India diharapkan bisa menolong harga batu bara pada pekan ini sejalan dengan meningkatnya aktivitas ekonomi Negara Sungai Gangga.

Impor dari India terus meningkat meskipun produksi batu bara mereka juga melonjak tajam.

Impor batu bara India menembus 254 juta ton pada tahun fiskal 2022/2023. Jumlah tersebut lebih tinggi dibandingkan pada 2021/2022 yang tercatat 208,9 juta ton.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat