
Harga Batu Bara Longsor Lagi, Mayoritas Sahamnya Ambles

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara secara mayoritas kembali terkoreksi pada perdagangan sesi I Jumat (19/5/2023), di tengah masih lesunya harga batu bara acuan dunia meski sempat bangkit pada perdagangan Rabu lalu.
Per pukul 09:14 WIB, dari 20 saham batu bara RI, tujuh terpantau masih menguat, sedangkan sisanya atau 13 saham terkoreksi.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 24.950 | -5,13% |
ABM Investama | ABMM | 3.220 | -3,59% |
Indika Energy | INDY | 1.900 | -3,55% |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 4.970 | -3,50% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 850 | -3,41% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.470 | -2,76% |
Bukit Asam | PTBA | 3.180 | -2,75% |
Bumi Resources | BUMI | 119 | -1,65% |
MNC Energy Investment | IATA | 67 | -1,47% |
Harum Energy | HRUM | 1.265 | -1,17% |
Bayan Resources | BYAN | 18.700 | -1,06% |
TBS Energi Utama | TOBA | 386 | -0,52% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 5.775 | -0,43% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 3.920 | 0,51% |
Delta Dunia Makmur | DOID | 316 | 0,64% |
United Tractors | UNTR | 24.300 | 1,14% |
Atlas Resources | ARII | 162 | 1,25% |
Alfa Energi Investama | FIRE | 70 | 1,45% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 655 | 1,55% |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 57 | 3,64% |
Sumber: RTI
Saham raksasa batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menjadi saham yang paling parah koreksinya pada pagi hari ini, yakni ambles 5,13% ke posisi Rp 24.950/saham.
Sementara itu, saham PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) menjadi saham yang paling besar penguatannya pada sesi I hari ini yakni melonjak 3,64% menjadi Rp 57/saham.
Harga komoditas batu bara yang masih membentuk tren bearish sepertinya masih menjadi katalis negatif bagi saham-saham batu bara hingga hari ini.
Harga batu bara kembali ambruk setelah sempat menguat pada Rabu lalu. Pada perdagangan Kamis kemarin, harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup ambruk 6,5% di posisi US$ 154 per ton.
Harga tersebut adalah yang terendah sejak 3 Januari 2022 (US$ 151/ton) atau lebih dari 16 bulan terakhir.
Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan yang terjadi pada Rabu lalu di mana harga batu bara naik 2,01%. Sepanjang bulan ini harga batu bara sudah jeblok 16,82% sementara sepanjang tahun ini ambruk 60,5%.
Adapun harga batu bara ambruk disebabkan oleh banyaknya sentimen negatif dari sejumah negara, mulai dari China, Jepang, Korea Selatan, hingga Jerman.
China memang melaporkan permintaan listrik mereka sudah naik pada tahun ini. Produksi listrik China pada Januari-April 2023 naik 4,9% (year-on-year/yoy) menjadi 128 miliar kilowatt-hours (kWh).
Pembangkit batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan porsi 83 miliar kWh.
Akan tetapi, produksi listrik China kurang menyenangkan bagi pasar batu bara. Produksi listrik China dari pembangkit batu bara naik 38% dalam sembilan tahun terakhir. Kenaikannya kalah jauh dibandingkan produksi dari sumber energi lain.
Produksi listrik dari pembangkit tenaga air melonjak 580% dan energi matahari melonjak 400% dalam lima tahun.
Di tengah makin berkurangnya produksi listrik batu bara, Tiongkok terus melaporkan kenaikan output pasir hitam. Produksi batu bara China naik 6% menjadi 80 juta ton pada Januari-April 2023.
Penurunan produksi listrik pembangkit batu bara juga dilaporkan Jerman.
Produksi listrik dari pembangkit batu bara di Jerman anjlok 19% (month to month/mtm) ke 375 giga watt hours (gWh) Permintaan diperkirakan akan terus melandai karena musim semi seperti saat ini adalah periode di mana permintaan listrik akan rendah.
Penurunan produksi listrik batu bara salah satunya karena murahnya harga gas. Harga gas alam Eropa sudah jatuh hampir 15% dalam sepekan terakhir.
Dengan makin banyaknya produksi ke gas, maka pasokan batu bara pun menumpuk. Jepang dan Korea Selatan pun sudah mulai mengurangi impor batu bara. Impor batu bara Korea Selatan ambruk 21,8% (mtm) pada April menjadi 8,39 juta ton
Impor batu bara jenis thermal anjlok 19,9% (mtm) dan jeblok 22 % (yoy) menjadi 6,2 juta ton pada April.
Impor batu bara metalurgi turun 26,4% (mtm) menjadi 2,23 juta ton pada April tahun ini.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/mkh)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Masih Labil, Tapi 13 Sahamnya di RI Cerah
