Market Commentary

Harga Batu Bara Longsor Lagi, Mayoritas Sahamnya Ambles

Chandra Dwi, CNBC Indonesia
Jumat, 19/05/2023 09:42 WIB
Foto: iStock/small smiles

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara secara mayoritas kembali terkoreksi pada perdagangan sesi I Jumat (19/5/2023), di tengah masih lesunya harga batu bara acuan dunia meski sempat bangkit pada perdagangan Rabu lalu.

Per pukul 09:14 WIB, dari 20 saham batu bara RI, tujuh terpantau masih menguat, sedangkan sisanya atau 13 saham terkoreksi.

Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.


SahamKode SahamHarga TerakhirPerubahan
Indo Tambangraya MegahITMG24.950-5,13%
ABM InvestamaABMM3.220-3,59%
Indika EnergyINDY1.900-3,55%
Mitrabara AdiperdanaMBAP4.970-3,50%
Adaro Minerals IndonesiaADMR850-3,41%
Adaro Energy IndonesiaADRO2.470-2,76%
Bukit AsamPTBA3.180-2,75%
Bumi ResourcesBUMI119-1,65%
MNC Energy InvestmentIATA67-1,47%
Harum EnergyHRUM1.265-1,17%
Bayan ResourcesBYAN18.700-1,06%
TBS Energi UtamaTOBA386-0,52%
Prima Andalan MandiriMCOL5.775-0,43%
Baramulti SuksessaranaBSSR3.9200,51%
Delta Dunia MakmurDOID3160,64%
United TractorsUNTR24.3001,14%
Atlas ResourcesARII1621,25%
Alfa Energi InvestamaFIRE701,45%
Golden Eagle EnergySMMT6551,55%
Borneo Olah Sarana SuksesBOSS573,64%

Sumber: RTI

Saham raksasa batu bara PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) menjadi saham yang paling parah koreksinya pada pagi hari ini, yakni ambles 5,13% ke posisi Rp 24.950/saham.

Sementara itu, saham PT Borneo Olah Sarana Sukses Tbk (BOSS) menjadi saham yang paling besar penguatannya pada sesi I hari ini yakni melonjak 3,64% menjadi Rp 57/saham.

Harga komoditas batu bara yang masih membentuk tren bearish sepertinya masih menjadi katalis negatif bagi saham-saham batu bara hingga hari ini.

Harga batu bara kembali ambruk setelah sempat menguat pada Rabu lalu. Pada perdagangan Kamis kemarin, harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup ambruk 6,5% di posisi US$ 154 per ton.

Harga tersebut adalah yang terendah sejak 3 Januari 2022 (US$ 151/ton) atau lebih dari 16 bulan terakhir.

Pelemahan ini berbanding terbalik dengan penguatan yang terjadi pada Rabu lalu di mana harga batu bara naik 2,01%. Sepanjang bulan ini harga batu bara sudah jeblok 16,82% sementara sepanjang tahun ini ambruk 60,5%.

Adapun harga batu bara ambruk disebabkan oleh banyaknya sentimen negatif dari sejumah negara, mulai dari China, Jepang, Korea Selatan, hingga Jerman.

China memang melaporkan permintaan listrik mereka sudah naik pada tahun ini. Produksi listrik China pada Januari-April 2023 naik 4,9% (year-on-year/yoy) menjadi 128 miliar kilowatt-hours (kWh).

Pembangkit batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan porsi 83 miliar kWh.

Akan tetapi, produksi listrik China kurang menyenangkan bagi pasar batu bara. Produksi listrik China dari pembangkit batu bara naik 38% dalam sembilan tahun terakhir. Kenaikannya kalah jauh dibandingkan produksi dari sumber energi lain.

Produksi listrik dari pembangkit tenaga air melonjak 580% dan energi matahari melonjak 400% dalam lima tahun.

Di tengah makin berkurangnya produksi listrik batu bara, Tiongkok terus melaporkan kenaikan output pasir hitam. Produksi batu bara China naik 6% menjadi 80 juta ton pada Januari-April 2023.

Penurunan produksi listrik pembangkit batu bara juga dilaporkan Jerman.

Produksi listrik dari pembangkit batu bara di Jerman anjlok 19% (month to month/mtm) ke 375 giga watt hours (gWh) Permintaan diperkirakan akan terus melandai karena musim semi seperti saat ini adalah periode di mana permintaan listrik akan rendah.

Penurunan produksi listrik batu bara salah satunya karena murahnya harga gas. Harga gas alam Eropa sudah jatuh hampir 15% dalam sepekan terakhir.

Dengan makin banyaknya produksi ke gas, maka pasokan batu bara pun menumpuk. Jepang dan Korea Selatan pun sudah mulai mengurangi impor batu bara. Impor batu bara Korea Selatan ambruk 21,8% (mtm) pada April menjadi 8,39 juta ton

Impor batu bara jenis thermal anjlok 19,9% (mtm) dan jeblok 22 % (yoy) menjadi 6,2 juta ton pada April.

Impor batu bara metalurgi turun 26,4% (mtm) menjadi 2,23 juta ton pada April tahun ini.

CNBC INDONESIA RESEARCH

market@cnbcindonesia.com

Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.


(chd/mkh)
Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Mengancam, Saham Ini Bisa Jadi Sumber Cuan Darurat