
Bursa Asia Loyo Lagi, Tanda IHSG Suram?

Jakarta, CNBC Indonesia - Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Rabu (17/5/2023), setelah data pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal pertama 2023 dirilis pada pagi hari ini.
Per pukul 08:30 WIB, indeks Nikkei 225 Jepang dan KOSPI Korea Selatan terpantau menguat. Nikkei menguat 0,53%, sedangkan KOSPI terapresiasi 0,42%.
Sedangkan sisanya cenderung melemah. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,12%, Shanghai Composite China terkoreksi 0,33%, Straits Times Singapura terpangkas 0,48%, dan ASX 200 Australia melemah 0,63%.
Dari Jepang, data awal pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2023 telah dirilis. Data dari pemerintah setempat melaporkan data awal produk domestik bruto (PDB) Jepang pada kuartal I-2023 tumbuh 1,6% secara tahunan.
Hal ini menjadi kenaikan pertama dalam tiga kuartal terakhir, ditopang oleh pulihnya tingkat konsumsi masyarakat pasca Covid-19 mengimbangi hambatan global.
Di lain sisi, peningkatan PDB Jepang jauh lebih besar dari perkiraan pasar rata-rata untuk kenaikan 0,7%, dan mengikuti penurunan 0,1% yang direvisi pada kuartal IV-2022.
Sedangkan secara basis kuartalan (quarter-to-quarter/qtq), PDB Negeri Sakura pada kuartal I-2023 tumbuh 0,4%, lebih baik dari kuartal IV-2022 yang hanya tumbuh 0%.
Konsumsi swasta, yang membentuk lebih dari setengah ekonomi Jepang tumbuh 0,6% pada kuartal I-2023, lebih baik dari kuartal sebelumnya karena pembukaan kembali negara akibat meredanya pandemi mendorong belanja layanan.
Sementara belanja modal naik 0,9%, mengalahkan ekspektasi untuk penurunan 0,4%. Permintaan eksternal atau ekspor bersih memangkas 0,3 poin persentase dari PDB, menyoroti tekanan pada produsen akibat melambatnya pertumbuhan di luar negeri.
Pemulihan yang tertunda dalam pembelanjaan akibat penghapusan pembatasan terkait Covid-19 menopang pertumbuhan, meski permintaan global masih lesu dan pukulan terhadap rumah tangga akibat kenaikan biaya hidup mengaburkan prospek pemulihan yang berkelanjutan.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah terkoreksinya bursa saham Amerika Serikat (AS), Wall Street kemarin, karena pembahasan batas plafon utang AS yang genting dan lesunya perkiraan bisnis perusahaan Home Depot menjadi perhatian investor.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup ambles 1,01%, S&P 500 melemah 0,64%, dan Nasdaq Composite berakhir turun 0,18%.
Saham Home Depot sendiri, yang ada di indeks Dow Jones ambles 2,15%, setelah pengecer melaporkan pendapatan kuartalan yang mengecewakan. Penyebabnya karena tren konsumen menunda proyek perbaikan rumah.
Diketahui, penjualan ritel AS pada April datang lebih lemah dari yang diharapkan, hanya naik 0,4% bulan lalu. Padahal kenaikan 0,8% yang diantisipasi oleh para ekonom yang disurvei oleh Dow Jones.
Investor juga cemas menunggu kemajuan negosiasi plafon utang. Pada Senin lalu, Menteri Keuangan AS, Janet Yellen menegaskan kembali bahwa AS menghadapi kemungkinan gagal bayar (default) paling cepat 1 Juni, jika kesepakatan tidak tercapai antara Gedung Putih dan Kongres.
"Kegagalan akan membuka fondasi di mana sistem keuangan kita dibangun," kata Yellen, dalam surat terbarunya.
"Sangat bisa dibayangkan bahwa kita akan melihat sejumlah pasar keuangan pecah, dengan kepanikan di seluruh dunia yang memicu margin call, run dan fire sales," tegasnya.
Diketahui Selasa malam waktu setempat, Presiden AS, Joe Biden bernegosiasi dengan pemimpin Kongres. Termasuk oposisi Ketua DPR Kevin McCarthy, R-Calif.
Biden sejauh ini menyatakan bahwa menaikkan plafon utang tidak dapat dinegosiasikan. McCarthy sendiri telah mendorong pembicaraan untuk pemotongan pengeluaran.
CNBC INDONESIA RESEARCH
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Bursa Asia Beragam, Sayang IHSG Gak Jadi Happy Ending
