
Saham Batu Bara Kompak Merah Semua, Akibat 'Jebakan' Dividen?

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara secara mayoritas berjatuhan pada perdagangan sesi I Selasa (2/5/2023), meski harga batu bara acuan dunia cenderung cerah.
Per pukul 09:28 WIB, hampir ke-20 saham terkoreksi. Hanya satu saham yang cenderung stagnan pada pagi hari ini.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 6.325 | -6,99% |
United Tractors | UNTR | 26.900 | -6,92% |
Bukit Asam | PTBA | 3.860 | -6,76% |
ABM Investama | ABMM | 3.140 | -5,99% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 1.035 | -5,91% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 2.970 | -5,11% |
Indika Energy | INDY | 2.470 | -5,00% |
Atlas Resources | ARII | 206 | -4,63% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 3.960 | -4,35% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 32.250 | -3,15% |
MNC Energy Investment | IATA | 72 | -2,70% |
Delta Dunia Makmur | DOID | 318 | -1,85% |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 58 | -1,69% |
Bayan Resources | BYAN | 21.150 | -1,63% |
Harum Energy | HRUM | 1.490 | -1,32% |
TBS Energi Utama | TOBA | 458 | -1,29% |
Alfa Energi Investama | FIRE | 80 | -1,23% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 6.925 | -1,07% |
Bumi Resources | BUMI | 120 | -0,83% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 705 | 0,00% |
Sumber: RTI
Saham PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) menjadi yang paling parah koreksinya pada pagi hari ini, yakni longsor 6,99% ke posisi harga Rp 6.325/saham. Bahkan, saham MBAP sudah menyentuh auto reject bawah (ARB).
Selain saham MBAP, saham PT United Tractors Tbk (UNTR) dan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga ambles. Bahkan, kedua saham raksasa batu bara tersebut juga menyentuh ARB.
Beberapa saham raksasa batu bara sudah membagikan dividennya beberapa hari lalu. Namun, beberapa masih dalam tahap pembagian dividen dan beberapa saham ada yang baru akan membagikan dividen.
Periode pembagian dividen saham batu bara yang sejatinya masih berlangsung sepertinya menjadi penyebab ambruknya saham batu bara pada hari ini.
Di lain sisi, ambruknya saham batu bara RI terjadi meski harga batu bara acuan dunia cenderung cerah.
Harga batu bara kembali menguat pada awal pekan. Pada perdagangan Senin kemarin, harga batu bara kontrak Juni di pasar ICE Newcastle ditutup melesat 1,32% di posisi US$ 187,6 per ton.
Penguatan ini menghapus tren negatif batu bara yang harganya melemah dalam dua hari perdagangan sebelumnya.
Harga batu bara kembali membara setelah gelombang panas menghantam kawasan Asia. Namun, di sisi lain, kenaikan produksi India dan Indonesia bisa menekan harga batu bara ke depan.
Seperti diketahui, dalam dua pekan terakhir, kawasan Asia dilanda gelombang panas di atas 37 derajat Celcius bahkan 50 derajat Celcius,
India, Bangladesh, Myanmar, dan Thailand adalah sedikit negara-negara yang dilanda gelombang panas.
Negara-negara ini juga banyak mengandalkan batu bara sebagai sumber energi listrik. Tak heran jika kemudian permintaan impor naik.
Suhu memang sudah menurun di beberapa negara tetapi belum sepenuhnya kembali ke normal. Sejumlah analis juga memprediksi puncak gelombang panas sudah berlalu tetapi suhu masih tergolong panas di atas rata-rata tahunannya.
India sebagai konsumen batu bara terbesar kedua di dunia sebetulnya sudah mempersiapkan musim panas dengan lebih baik.
Produksi batu bara India melonjak menjadi 73,02 juta ton pada April 2023. Jumlah tersebut melonjak 8,67% secara tahunan (year-on-year/yoy) dan menjadi rekor tertingginya untuk periode April.
BUMN Coal India menyumbang produksi sebanyak 57,57 juta ton. Kenaikan produksi membantu India untuk menjamin amannya pasokan selama musim panas tahun ini.
Namun, impor diperkirakan juga akan tetap tinggi karena besarnya permintaan listrik. Musim panas di India masih akan berlangsung hingga Juni sehingga mereka harus memastikan pasokan aman.
Pada tahun lalu, India dihantam krisis energi selama musim panas karena tingginya permintaan.
Di tengah lonjakan permintaan, ekspor dari Indonesia diperkirakan meningkat setelah produksi kembali normal. Produksi diperkirakan sempat turun karena libur panjang Lebaran pada 19-25 April.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Harga Batu Bara Masih Labil, Tapi 13 Sahamnya di RI Cerah
