Harga Batu Bara Lagi 'Panas', Sahamnya di RI Ikutan Ngegas
Jakarta, CNBC Indonesia - Saham emiten batu bara secara mayoritas menghijau pada perdagangan sesi I Rabu (26/4/2023) atau awal perdagangan setelah libur panjang Lebaran 2023, di tengah cerahnya harga batu bara acuan dunia.
Per pukul 09:38 WIB, dari 20 saham batu bara di RI, 15 saham menguat, tiga saham cenderung stagnan, dan dua saham terpantau melemah.
Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I hari ini.
Saham | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan |
Delta Dunia Makmur | DOID | 334 | 5,70% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | 3.120 | 4,00% |
Adaro Minerals Indonesia | ADMR | 1.130 | 2,73% |
Golden Eagle Energy | SMMT | 705 | 2,17% |
ABM Investama | ABMM | 3.360 | 2,13% |
Bumi Resources | BUMI | 124 | 1,64% |
Mitrabara Adiperdana | MBAP | 6.550 | 1,,55% |
Prima Andalan Mandiri | MCOL | 6.975 | 1,45% |
Bayan Resources | BYAN | 21.100 | 1,44% |
Baramulti Suksessarana | BSSR | 4.080 | 1,24% |
Bukit Asam | PTBA | 4.090 | 1,24% |
United Tractors | UNTR | 31.400 | 1,05% |
TBS Energi Utama | TOBA | 460 | 0,88% |
Indo Tambangraya Megah | ITMG | 33.950 | 0,74% |
Harum Energy | HRUM | 1.520 | 0,66% |
Atlas Resources | ARII | 204 | 0,00% |
MNC Energy Investment | IATA | 74 | 0,00% |
Alfa Energy Investama | FIRE | 84 | 0,00% |
Borneo Olah Sarana Sukses | BOSS | 57 | -1,72% |
Indika Energy | INDY | 2.610 | -6,79% |
Sumber: RTI
Saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) menjadi yang paling besar penguatannya pada pagi hari ini, yakni melonjak 5,7% ke posisi harga Rp 334/saham.
Sedangkan, saham raksasa batu bara secara mayoritas menguat. Hanya saham PT Indika Energy Tbk (INDY) yang terpantau ambles pada hari ini.
Cerahnya saham batu bara di RI pada hari ini terjadi setelah libur panjang Lebaran Idul Fitri 1444 H. Selain itu, positifnya saham batu bara juga terjadi di tengah cerahnya harga batu bara acuan dunia.
Harga batu bara mulai membara mengikuti suhu panas di kawasan Asia.
Pada perdagangan Selasa kemarin, harga batu bara kontrak Mei di pasar ICE Newcastle ditutup di menguat 0,4% posisi US$ 186, 85 per ton.
Penguatan kemarin mengakhiri tren negatif batu bara yang sudah melemah tiga hari beruntun dengan pelemahan mencapai 5,3%.
Bangkitnya harga batu bara ditopang oleh proyeksi kenaikan permintaan, terutama dari India dan kawasan Asia lain. Permintaan diperkirakan naik setelah sejumlah negara tertimpa gelombang panas.
India, Bangladesh, Thailand, dan Myanmar adalah sedikit negara yang tengah berjuang melawan suhu panas.
Departemen Meteorologi India melaporkan suhu di sejumlah wilayah mencapai lebih dari 42 derajat Celsius, dengan suhu tertinggi 44,2 derajat Celsius di negara bagian timur Odisha.
Gelombang panas sudah memakan korban jiwa di negara bagian Maharashtra hingga 13 orang.
Pada musim panas tahun lalu, India juga diterpa gelombang panas yang membuat krisis listrik di negara tersebut.
Pasokan batu bara di India sampai pada tahap kritis sehingga Negara Bollywood akhirnya mengimpor batu bara dalam jumlah besar. Harga batu bara pun ikut melonjak pada pertengahan tahun lalu.
Untuk menghadapi musim panas tahun ini, pemerintah India sebenarnya sudah menyiapkan diri jauh-jauh hari, termasuk dengan mengimpor batu bara secara besar-besaran lebih awal.
India sudah mengimpor batu bara sebanyak 2,2 juta ton atau naik 25% secara bulanan (month-to-month/mtm) pada Februari.
Produksi batu bara India juga ditingkatkan hingga mencapai 892 juta ton pada April 2022 hingga Februari 2023. Jumlah tersebut naik 14,7% secara tahunan (year-on-year/yoy).
Namun, penggunaan batu bara untuk kebutuhan listrik di India juga sangat tinggi yakni mencapai 737,9 juta ton pada 2022/2023.
Total impor pada April 2022 hingga Februari 2023 menembus 227,93 juta ton atau melonjak 26,2%.
India adalah konsumen terbesar batu bara kedua di dunia setelah China. Pembangkit batu bara menyumbang sekitar 70% produksi listrik mereka.
Permintaan dari China juga diproyeksi akan mulai meningkat. Greenpeace melaporkan China telah menyetujui proposal pembangunan pembangkit listrik batu bara sebesar 20,45 Gigawatt (GW) pada 2022, naik 50% dibandingkan pada 2021.
Pembangunan pembangkit diperkirakan akan menambah permintaan batu bara dari China.
Harga batu bara juga merangkak naik karena berkurangnya pasokan dari Indonesia. Pasokan berkurang karena adanya libur panjang Lebaran pada 19-26 April yang mengurangi produksi juga aktivitas di pelabuhan.
CNBC INDONESIA RESEARCH
market@cnbcindonesia.com
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)