
Bukan Rp 14.800/US$, Rupiah Bisa Menguat Sampai ke Level Ini!

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melanjutkan penguatannya pada perdagangan Selasa (4/4/2023), menyentuh level Rp 14.800/US$. Ekonom memperkirakan rupiah diperkirakan masih bisa menguat lagi.
Ekonom Bank Danamon Irman Faiz mengungkapkan, rupiah akan dalam tren penguatan. Karena arah kebijakan The Fed, yang memutar arah kebijakan menjadi lebih dovish setelah ada kasus-kasus kolapsnya bank di AS.
Irman menyebut, kenaikan The Fed diperkirakan sudah mendekati akhir, atau 25 basis poin lagi pada Mei 2023.
Selain itu, penguatan rupiah juga masih akan didorong dengan masih terjaganya inflasi Indonesia dan pertumbuhan ekonomi yang berlanjut.
Seperti diketahui, inflasi pada Maret 2023 mencapai 0,18% (month-to-month/mtm), lebih rendah dibandingkan 0,40% pada 2022 dan 0,32% pada 2021.
Jika dilihat secara tahunan, inflasi Maret sebesar 4,97% (yoy) lebih rendah dari inflasi Ramadan tahun 2022 yang mencapai 5,47%.
"Artinya dari posisi sekarang rupiah bisa menguat lagi ke nilai fundamentalnya di Rp 14.700 hingga Rp 14.800 per dolar AS. Namun bisa melemah ke atas lagi kemungkinan pada kuartal III-2023," jelas Irman kepada CNBC Indonesia, Selasa (4/4/2023).
Pelemahan rupiah pada kuartal III-2023, kata Irman terkait dengan pembagian dividen, permintaan impor yang juga biasanya lebih tinggi. Adapun, sepanjang tahun, posisi rupiah diperkirakan akan berada pada level Rp 15.150/US$.
Di satu sisi, kata Irman penurunan produksi minyak mentah dunia oleh OPEC+ juga menimbulkan kekhawatiran inflasi. Sehingga dampaknya memberikan tekanan terhadap mata uang negara berkembang, terutama net importir minyak seperti Indonesia.
Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menjelaskan, fluktuatif nilai tukar rupiah disebabkan karena dampak OPEC+ yang memotong produksi minyak.
"Sehingga ada kekhawatiran dampaknya pada tingkat inflasi global, yang dapat memicu kenaikan suku bunga global yang lebih agresif" jelas Faisal kepada CNBC Indonesia, Selasa (4/4/2023).
Penguatan rupiah pun ke depan, diperkirakan akan berlanjut disebabkan adanya aliran dana asing yang masuk, dan neraca perdagangan yang diperkirakan juga masih akan surplus.
Neraca perdagangan yang surplus, kata Faisal didorong oleh harga komoditas yang terkerek, seperti kelapa minyak sawit. Oleh karena itu, Faisal menilai pelemahan rupiah akan terbatas.
Kepala Ekonom BCA David Sumual menambahkan, secara musiman, biasanya ketika kuartal II-2023 tekanan permintaan devisa meningkat, akibat pembayaran dividen.
Sementara harga komoditas juga masih cenderung melemah. "Ekspektasi bahwa The Fed tidak lagi terlalu hawkish akan membuat permintaan atau pasokan dolar relatif seimbang," jelas David.
Pun, kata David rupiah masih akan cenderung menguat, pada kisaran Rp 14.900 hingga Rp 15.500 per dolar AS.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Nyali Jokowi Diacungi Jempol Investor, Rupiah Kuat Jadi Bukti
