
RI Diramal Kebanjiran Dana Asing, Rupiah Jadi Makin Perkasa!

Jakarta, CNBC Indonesia - Dalam lima hari beruntun, rupiah mengalami penguatan melawan dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini karena pelemahan dolar Amerika Serikat (AS) secara global.
Ekonom Maybank Indonesia Myrdal Gunarto menjelaskan, penguatan rupiah diperkirakan akan terus berlanjut, disebabkan oleh beberapa faktor.
Pertama, terkait dengan posisi nilai tukar dolar yang melemah secara global, akibat kemungkinan Bank Sentral AS atau The Federal Reserve yang tidak lagi agresif dalam kebijakan suku bunga, maupun sentimen negatif dari perbankan AS yang sekarang sudah mereda.
Kedua, pasar keuangan Indonesia juga diperkirakan akan kebanjiran dana asing.
"Investor asing, baik itu di pasar saham maupun pasar obligasi masih terus banyak yang masuk. Apalagi indikator keuangan juga saat ini trennya relatif baik," jelas Myrdal kepada CNBC Indonesia, Selasa (4/4/2023).
Myrdal bilang, investor saat ini memiliki keinginan untuk masuk ke pasar keuangan yang menjanjikan imbal hasil, yang menarik di pasar keuangan Indonesia.
Apalagi, imbal hasil atau yield yang ditawarkan dalam aset keuangan Indonesia, seperti surat utang negara atau SUN atau Surat Berharga Negara (SBN) saat ini relatif menarik.
"Karena gapnya atau perbedaan yield-nya relatif lebih lebar dengan obligasi Amerika Serikat," ujarnya. Diketahui, yield surat utang negara untuk tenor 10 saat ini masih relatif stabil antara 6,7% hingga 6,9%. Sementara yield US Treasury tenor 10 tahun sebesar 3,47%.
Faktor lain yang mendorong penguatan rupiah, kata Myrdal adalah masih positifnya sektor riil di tanah air. Neraca perdagangan diperkirakan masih akan surplus, ditopang harga komoditas yang saat ini kembali naik.
Harga komoditas yang saat ini sedang dalam tren kenaikan yakni kelapa sawit dan batubara.
"Kelapa sawit permintaannya, kelihatannya lebih tinggi dari negara-negara mayoritas muslim, seperti Pakistan maupun Bangladesh, termasuk India yang kelihatannya cukup banyak," jelas Myrdal.
"Lalu juga dari batubara imbas positif dari perekonomian China yang mulai bangkit dari pandemi Covid-19," kata Myrdal lagi.
Sehingga, kata Myrdal, pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar diperkirakan masih akan menguat hingga ke level Rp 14.800/US$.
(cap/cap)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Dolar Rp14.500 Disebut Terlalu Kuat, Segini Posisi Amannya!