Rupiah Diramal Bisa Segini Akhir Tahun, Tetap Simpan Dolar?

Rosseno Aji Nugroho, CNBC Indonesia
15 December 2023 09:05
Petugas menghitung uang  dolar di tempat penukaran uang Dolarindo, Melawai, Blok M, Jakarta, Senin, (7/11/ 2022)
Foto: Ilustrasi Dolar dan Rupiah. (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, CNBC Indonesia - Nilai tukar rupiah diproyeksi bisa menguat tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir tahun. Seiring dengan keputusan Bank Sentral AS Federal Reserve (Fed) menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50%.

"Rupiah akan bergerak di sekitar Rp15.400-Rp15.200 per dolar AS," kata Global Markets Economist Bank Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto kepada CNBC Indonesia, Jumat (15/12/2023)

Dilansir dari Refinitiv pada penutupan perdagangan kemarin rupiah ditutup melesat 1,02% di angka Rp 15.495/US$. Rupiah pun mengakhiri tren pelemahan yang terjadi pada tiga hari sebelumnya.

Myrdal menjelaskan, kebijakan Fed pada Desember 2023 memberikan angin segar bagi pelaku pasar dunia, khususnya negara berkembang. Apalagi Fed berkeyakinan suku bunga AS bisa mulai dipangkas pada tahun depan.

Angin segar tersebut diproyeksinya akan membawa dana asing masuk ke dalam negeri (inflow) karena imbal hasil yang ditawarkan lebih menarik ketimbang AS maupun negara lain. Kini yield Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun di sekitar 6,7%, menurut Myrdal akan turun ke level 6,45%.

Penguatan rupiah juga akan berdampak positif terhadap perekonomian, karena mengurangi risiko dari inflasi atas kenaikan biaya impor atau imported inflation.

Sementara itu Kepala Riset Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro menilai kabar tersebut bisa menjadi sentimen positif bagi Indonesia ke depan. Meski demikian, para regulator harus tetap waspada karena level ketidakpastian masih tinggi.

"Penurunan suku bunga secara historis diasosiasikan dengan resesi di AS yang biasanya tidak baik bagi sentimen pasar," ujarnya kepada CNBC Indonesia.

Menurutnya, ada yang kurang masuk akal ketika pelonggaran likuiditas dan penurunan suku bunga acuan terjadi saat perekonomian AS masih kuat. Ini terlihat dari masih tingginya inflasi dan pengangguran yang justru kembali turun. "Fed berjudi dengan narasi soft landing," imbuhnya.

Inflasi masih berpotensi kembali naik seiring menguatnya perekonomian karena aktivitas pemilihan umum di AS. Maka tidak menutupkan kemungkinan suku bunga acuan AS kembali naik, sekalipun sempat diturunkan pada semester I-2024.

"Dalam hal ini BI harus berhati-hati sebelum menurunkan suku bunga, karena resiko policy mistep dari the Fed bisa berimplikasi sangat besar bagi pasar keuangan dan rupiah," tutupnya.


(mij/mij)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Ramalan Orang Ini Benar, AS Kini Bikin Dunia Kacau Balau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular