
Ada Kabar Baik Dari AS & China, Saham Bank Besar RI Cerah

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham perbankan Indonesia kelompok KBMI 3-4 terpantau cenderung bervariasi dengan mayoritas menguat pada perdagangan sesi I Senin (3/4/2023).
Dari 13 saham bank KBMI 3-4, tercatat enam saham menguat, empat saham cenderung stagnan, dan tiga saham melemah.
Berikut pergerakan saham bank KBMI 3-4 pada perdagangan sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Bank OCBC NISP | NISP | 775 | 1,31% |
Bank CIMB Niaga | BNGA | 1.285 | 1,18% |
Bank Maybank Indonesia | BNII | 232 | 0,87% |
Bank Mandiri | BMRI | 10.400 | 0,73% |
Bank Rakyat Indonesia | BBRI | 4.760 | 0,63% |
Bank Central Asia | BBCA | 8.800 | 0,57% |
Bank Negara Indonesia | BBNI | 9.350 | 0,00% |
Bank Tabungan Negara | BBTN | 1.225 | 0,00% |
Bank Danamon Indonesia | BDMN | 2.870 | 0,00% |
Bank Permata | BNLI | 950 | 0,00% |
Bank Syariah Indonesia | BRIS | 1.665 | -0,89% |
Bank Mega | MEGA | 5.025 | -1,47% |
Bank Pan Indonesia | PNBN | 1.405 | -1,75% |
Sumber: RTI
Hingga pukul 10:06 WIB, saham PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) menjadi saham bank yang penguatannya cukup besar pada pagi hari ini, yakni mencapai 1,31% ke posisi harga Rp 775/unit.
Sedangkan untuk saham bank raksasa secara mayoritas menguat. Hanya saham PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan saham PT Bank Tabungan Negara (BBTN) yang cenderung stagnan pada pagi hari ini.
Sementara untuk saham yang terkoreksi, saham PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN) atau Bank Panin menjadi yang paling besar koreksinya pada sesi I hari ini, yakni ambruk 1,75%.
Saham perbankan konvensional besar di RI cenderung cerah karena sentimen pasar global beberapa hari belakangan cenderung positif. Selain itu, periode dividen yang sudah tinggal membagikan dividen di saham bank-bank raksasa juga menjadi pendorongnya.
Sentimen positif datang dari Amerika Serikat (AS) dan China, di mana data ekonomi dan tenaga kerja di AS cenderung masih cukup kuat.
Namun, hal ini sepertinya tidak membuat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) mempertahankan sikap hawkish-nya dan mulai bersikap dovish, karena melihat dari krisis perbankan di AS yang terjadi beberapa pekan lalu.
Pelaku pasar bahkan memprediksi The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya lagi di pertemuan berikutnya, meski inflasi dan data tenaga kerja masih cukup kuat.
Sementara dari China, data aktivitas manufaktur memang sedikit melandai. Tetapi masih berada di zona ekspansif, menandakan bahwa perekonomian China sedang berusaha pulih dari keterpurukan akibat penerapan kebijakan nol-Covid. Adapun kebijakan ini resmi dihapus oleh pemerintah China pada akhir tahun lalu.
Di lain sisi, periode cum date dan ex date dividen tunai di saham bank raksasa yang sudah terlewati juga menjadi pendorong saham perbankan di RI. Kini, periode dividen tinggal menyisakan tanggal pembagian dividen yang akan berlangsung awal bulan ini.
Selain itu, investor asing yang juga masih memburu beberapa saham bank raksasa juga menjadi pendorong saham perbankan RI pada hari ini.
Pada Jumat lalu, investor asing memburu saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebanyak Rp 216,8 miliar, kemudian di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 76,7 miliar, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) sebesar Rp 69,7 miliar.
CNBC INDONESIA RESEARCH
Sanggahan: Artikel ini adalah produk jurnalistik berupa pandangan CNBC Indonesia Research. Analisis ini tidak bertujuan mengajak pembaca untuk membeli, menahan, atau menjual produk atau sektor investasi terkait. Keputusan sepenuhnya ada pada diri pembaca, sehingga kami tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
(chd/chd)
[Gambas:Video CNBC]
Next Article Saham Bank Jumbo Kompak Cetak Rekor, Ada BMRI dan BBNI
